Perjalanan
ini terasa sangat membuat jantungku dag di dug. Rasa cemas dan rasa takut
bercampur jadi satu tetapi tidak melebihi rasa bahagia ku. Kali pertama aku
terbang di atas awan, bercengkrama dengan langit seolah-olah aku menari-nari bersamanya.
Kendaraan yang belum pernah aku naiki, setelah aku berumur 21 tahun, aku
merasakan bagaimana rasanya terbang ke awan seperti yang pernah aku impikan
selama aku berumur 21 tahun.
Penyakit
yang aku derita membuat keluarga prihatin dengan keadaanku apalagi amak dan apak, begitu aku memanggil orang yang berjasa dalam hidupku ini.
Tangisan amak dan kekwatiran apaklah yang membuat aku bertahan hidup
hingga aku berumur 21 tahun. Aku adalah anak gadis yang memilki rambut lurus
dan panjang, tubuh tinggi dan kulit putih seperti banyak idaman laki-laki.
Tetapi jika laki-laki tahu aku adalah perempuan yang paling tidak bisa menjadi
perempuan yang sempurna. Kegundahan hati ini selalu dihibur oleh wanita yang
menjadi motivasi ku, amak ku,
walaupun aku memiliki penyakit pada kewanitaan ku tetapi amak selalu merawatku dengan kasih sayangnya. Mereka tahu aku sakit
untuk memikirkan ke masa depan, sedangkan untuk buang air saja aku selalu merintih
kesakitan. Kanker serviks yang aku derita membuat hati tubuh cantik ini sakit.
Amak
dan apak tahu, aku ingin sekali naik
pesawat terbang. Tetapi semenjak sakitku bertambah parah membuat pendidikanku
hanya sampai tingkat SMA. Padahal amak
dan apak ingin sekali melihat aku
sarjana seperti anak tetanggaku. Tetapi amak
dan apak menahan rasanya, demi aku,
demi keadaanku. Aku anak yang pintar, itu semua tak terlepas dari didikan amak dan apak.
Tetapi
tanpa aku sadari, amak dan apak mengetahui keinginan ku untuk naik
pesawat terbang, sehingga mereka mengumpulkan uang untuk ku, untuk anaknya yang
berpenyakitan. Semua berawal dari tulisanku
Amak, apak, maafkan
Mila. Mila anak petani yang berpenyakitan yang berkeinginan terbang ke awan.
Mila sadar pak, kita hidup tidak seperti orang lain. Amak, Mila tahu mak, Mila
tidak akan mampu meraih keinginan Mila yang berlebihan, Mila tahu itu mak.
Sekarang melalui kertas
putih ini Mila menguburkan keinginan Mila. Oo iya mak, karena amak Mila
bertahan hidup, karena apak, Mila kuat dan bisa tersenyum. Amak dan apak, Mila
sayang amak, Mila sayang apak. Maafkan Mila yang selalu menyusahkan kalian.
Amak
dan apak membaca tulisanku dalam
lipatan kainku. Itulah sebabnya amak
dan apak berusaha menyimpan uang
dalam bambu yang menjadi tiang penyangga dapur kami. Hari senin, tepat aku
berumur 21 tahun, apak mendapat
panggilan ke kantor kepala desa bahwa aku mendapatkan pengobatan di negeri
tetangga dengan syarat ongkos tidak ditanggung. Apak membawa kabar ini pulang dengan hati yang gembira tetapi tidak
denganku. Aku tidak yakin bahwa amak
dan apak akan punya uang. Tetapi amak dan apak begitu senang hingga mereka mengajakku untuk ke dapur. Aku
heran, kenapa amak dan apak mengajakku ke dapur. Hingga apak mengambil parang dan mencongkel
bagian bamboo yang menjadi penyangga dapur kami. Hingga keluar uang yang digulung-gulung
yang kebanyakan uang yang memajang pahlawan kapitan Pattimura. Setelah dihitung
amak dan apak dengan semangatnya, ternyata uang itu hanya kurang sedikit untuk
membeli tiket pesawat ku, dan kurangnya ditambah oleh saudara-saudara apak. Pada saat itu aku tak bisa menahan
air mata, begitu besar kasih sayang amak
dan apak padaku. Aku peluk tubuh
kurus apak, kucium kaki amak. Aku menangis sejadi-jadinya.
Menangis bahagia karena akan berobat, menangis gembira karena akan terbang ke awan,
dan menangis penuh cinta karena apak
dan amak, sosok pahlawan dalam
hidupku.
Hati-hati
nak, jangan lupa berdo’a, jangan lupa sholat pesan apak menjelang aku akan
terbang ke awan. Sedangkan amak tak
mampu berucap apa-apa, hanya memeluk tubuhku. Hingga dengan nada serak amak berkata juga selamat nak, engkau
akan terbang ke awan. Amak dan apak senang. Semoga kau bisa bahagia,
doa amak mengiringi langkahmu.
Aku
seperti mimpi, bisa merasakan mimpi yang selalu aku impi-impikan. Aku telah
terbang ke awan. Setelah aku mendapatkan perobatan ke negeri tetangga aku
sehat, tetapi tuhan berkata lain, tuhan mengambil nyawaku, memisahkan aku
dengan amak dan apak setelah aku bahagia bisa merasakan terbang ke awan.
Sekarang mereka berdua meratap memandang tubuhku dalam balutan kain panjang.
Sehingga amak
menuliskan ucapan dibalik kertas tulisanku dulu.
Mila, anakku. Kau tidak
akan menemuiku lagi, kau tidak akan menemui apak kau lagi. Kau betul-betul
telah terbang seperti apa yang kau inginkan. Amak merasakan bahagianya kau
diatas pesawat nak. Tetapi kenapa bahagiamu hanya sekejap. Amak belum bisa
membuatmu seperti anak-anak lain. Maafkan amak Mila. Amak sayang kamu. Semoga
kau diterima disisinya nak dan kau juga yang akan membawa amak dan apak ke
sorga yang maha kuasa nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar