Count visitor

Sabtu, 21 April 2012

Tangisan Hujan



Oleh : Aivi Yola Dwiputri

           Diseberang, ditemui sepasang mata sayu si gadis sendu. Telah lama kau berdiri. “Dahaga membawaku berlari. Tak mampu ku raup keindahan sebab kutemukan wadah hatiku pecah” lirih suaramu bertahta. Kau hanya menatap sang pelipur lara pagi ini di jalan berliku berlalu dengan langkah kaki seribu, terpaku. Angin berhembus dingin menyekap dalam bisu. Kesadaran menyentak bersamaan dengan gerak lalu di hadapmu. Di ujung jalan itu ia masih meraba rasa, sama sepertimu.

xxxxxxxxxxx

             Sore itu, saat kau bersamanya hujan turun. Ia bersorak meminta hujan berhenti karena kuyup tubuhmu. Kalian tak kunjung menemukan tempat berteduh. Sore ini hujan turun lagi, ia ingin hadirmu sama seperti kala itu, begitupun denganmu. Bagai menyusur gelap sepi menampar luka, kau pun menghubunginya.  Kalian saling menghubungi, karena itu tak terhubung satu sama lainnya
            Malam membuat keduanya selalu terjaga. Nyanyi angin tak memberi lelap. Keduanya terlupa mimpi. Terlupa warna bunga-bunga di pembaringan.  Keduanya didera rindu. Lalu, di suatu malam, ia berhasil menghubungimu. Berjingkrat-jingkrat kalian sebab janji akan bertemu. Namun, sesaat kau ingat pertengkaran hebat dengannya waktu itu. Kau urungkan niatmu untuk menemuinya. Kau merasa ia tak menghargaimu. Sungguh, ia tak bermaksud untuk menyinggungmu. Masihkah ego bertahta hingga kau putuskan untuk tak menemuinya? Mengalahlah, dan tak selamanya kau kalah.
          Dalam bimbang kau masih menghitung waktu. Satu detik, dua hingga tiga ribu enam ratus detik pun berlalu. Kau tetap diam disitu. Katakanlah bila kau tak ingin karena ia resah di sudut taman. Mengkhawatirkan terjadi sesuatu padamu. Berbalik arah ia menjemputmu. Namun, sedetik sebelum ia sampai kau memutuskan untuk menemuinya ke taman itu.
           Sesaat kilat menyambar, secepat itu ia  menyusulmu. Ia takut kau kecewa karena tak menemukannya di taman itu. Naas, truk tronton dengan sopir mabuk yang melewati jalan itu kehilangan kendali dan menabrak. Di persimpangan, dalam tangisan hujan kau temukan ia terbujur kaku akibat kecelakaan malam itu.
xxxxxxxxxxx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar