Count visitor

Minggu, 15 April 2012


ADA APA DENGAN PEMBINAAN ?
Oeh : Nurweni Putri

“Pembinaan”, kata sederhana yang terlihat biasa saja tetapi mampu memberikan ketakutan luar biasa bagi mahasiswa baru.  Ritual  rutinan yang diadakan setiap tahun ini merupakan syarat mutlak bagi mahasiswa baru untuk menjadi anggota Himpunan Mahasiswa (HIMA), khususnya mahasiswa eksakta. Pembinaan yang identik berkonsep ‘keras’ sering mengundang konflik antara mahasiswa lama yang bertindak sebagai ‘pembina’ dan mahasiswa baru yang terpaksa ‘dibina’. Hal itu yang sering menimbulkan pertanyaan; apakah pembinaan itu perlu diadakan?.  Terlepas dari pendapat orang lain, maka saya akan menjawab dengan tegas;  PERLU !
Tetapi yang perlu saya tegaskan disini, pembinaan seperti apa yang perlu diadakan itu? Apakah pembinaan yang hanya menonjolkan kekerasan dan sikap keegoisan “senior selalu benar” ? Apakah pembinaan yang seperti ‘pinang dibelah dua’ dengan pelatihan kemiliteran ? TIDAK !!
Coba kita lihat kembali arti dari kata pembinaan itu sendiri. Kata pembinaan memiliki kata dasar bina ; yang berarti membimbing, menuntun, membentuk, melatih. Dapat kita simpulkan bahwa tujuan utama dari pembinaan adalah membentuk pola pikir dan melatih mental agar terbentuk pribadi yang lebih baik lagi. Tetapi berdasarkan kenyataanya dilapangan, kenapa lebih dominan kekerasan dalam pembinaan? Apakah kekerasan merupakan cara membimbing atau melatih yang baik? Dengan kelembutan saja masih susah untuk membina seseorang, apalagi dengan kekerasan. Itu hanya akan membuat orang yang dibina akan ‘bebal’ dan menjadi pribadi yang pembangkang.  
Secara tidak langsung konsep seperti itu lah yang membuat mahasiswa baru salah mendefinisikan pembinaan itu sendiri. Kekerasan, peraturan sepihak yang mengikat, dominannya rasa takut dibanding rasa menghargai, serta kebingungan karena selalu disalahkan; membuat sebagian dari mereka keluar dari pembinaan sebagai sikap penolakannnya terhadap cara pembinaan seperti itu.
Ada baiknya kita mengubah paradigma pembinaan dengan cara yang berbeda. Memberikan teladan yang baik dengan sikap kekeluargaan mungkin akan lebih mencerminkan arti kata pembinaan itu sendiri. Serta mencari solusi dari berbagai permasalahan dengan cara diskusi untuk mencari kata mufakat. Sehingga dengan sendirinya tumbuh rasa saling menghargai dan menghormati yang tulus dari hati tanpa rasa takut yang mendalam.  Mungkin dengan cara itu sudut pandang orang mengenai pembinaan akan berubah ke arah yang lebih baik.

*Penulis merupakan mahasiswa 
Jurusan Matematika angkatan 2010 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar