Count visitor

Kamis, 14 Juni 2012

KOREAN WAVE di INDONESIA?



oleh NITRI ASRIANI


Hallyu atau Korean Wave ("Gelombang Korea") adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia. Umumnya Hallyu memicu banyak orang-orang di negara tersebut untuk mempelajari Bahasa Korea dan Kebudayaan Korea.


Korean Wave di Indonesia dipicu oleh tingginya minat masyarakat terhadap Drama Korea dan K-Pop, singkatan dari Korean Pop. Drama Korea merupakan penyebab dari mulainya Hallyu di berbagai negara. Masyarakat, terutama remaja menggemari drama korea karena alur ceritanya yang kuat dan genre yang bervariasi sehingga menarik perhatian banyak penonton. Saat ini saja, beberapa TV swasta Indonesia menayangkan sinetron yang alur ceritanya sesuai dengan beberapa drama terkenal korea. Tingginya minat akan drama korea, juga didukung oleh TV lokal yang setiap harinya menayangkan drama korea. Dalam satu hari saja, hampir 3 drama korea diputar oleh stasiun TV swasta tersebut.

Para sineas drama di Korea mulai menyadari daya jual drama Korea yang sangat tinggi di negara luar sehingga produksi serial mereka menjadi komoditas ekspor. Demam Korea tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di negara Asia lainnya seperti Singapura, Malaysia, China, bahkan hingga Taiwan dan Jepang. Hal ini terjadi karena pemerintah mereka juga sangat mendukung kegiatan promosi tentang Korea. Demam Korea sebenarnya sudah mulai masuk sekitar 7 tahun lalu, tetapi baru menjadi booming setelah didukung penuh pemerintahnya tiga tahun lalu. Pemerintah Korea Selatan melakukan promosi gila-gilaan di semua negara Asia.
K-pop, kepanjangannya Korean Pop yaitu "Musik Pop Korea", yang sudah menembus batas dalam negeri dan populer di mancanegara. Kegandrungan akan musik K-Pop merupakan bagian yang tak terpisahkan daripada Demam Korea (Korean Wave) di berbagai negara. Demam K-Pop juga terasa begitu besar di Indonesia. Dapat dilihat dari bermunculannya boyband dan girlband Indonesia yang bergaya ala Korea.
Munculnya boyband dan girlband Indonesia yang beruntun seolah-olah hanya memanfaatkan demam korea yang melanda Indonesia. Kebanyakan boyband dan girlband tersebut muncul tanpa memiliki kualitas yang cukup untuk menjadi seorang penyanyi, apalagi dengan dance yang melengkapi penampilan mereka, membuat mereka tak mampu bernyanyi dengan baik, sehingga pilihan akhir hanya ‘Lip Sing’.

Kesuksesan K-Pop didunia internasional tentunya tak lepas akan kerja keras yang mereka jalani untuk persiapan menjadi seorang bintang. Di Korea, untuk menjadi seorang penyanyi, seseorang harus dilatih minimal 3 tahun, baik itu dibidang menyanyi ataupun menari. Walaupun tujuan awalnya adalah untuk menjadi seorang penyanyi, mereka juga diberi pelatihan dalam bidang akting dan MC. Para Trainee, disebut untuk seseorang yang sedang menjalani persiapan untuk menjadi bintang, juga bisa menjalani masa pelatihan sampai 7 tahun, hingga mereka siap untuk menjadi seorang bintang. Itulah yang seharusnya dicontoh oleh Indonesia. Untuk menciptakan sebuah kesuksesan besar, tentunya juga harus berkorban dengan cukup besar.
Demam korea juga mempengaruhi berkembangnya bahasa dan kebudayaan korea. Demam serial drama dan film Korea ternyata  memicu tumbuhnya tempat kursus dan sekolah yang menawarkan program bahasa Korea. Sebelumnya, bahasa Korea bukanlah pilihan bahasa asing populer. Bahkan, tidak banyak universitas yang menyediakan jurusan bahasa dan sastra Korea. Setelah popularitas Korea didongkrak oleh film, serial drama serta K-Pop, beberapa universitas membuka program bahasa dan sastra Korea. Seperti UI yang membuka program sarjana bahasa dan sastra Korea pada tahun 2006. Demikian juga Universitas Gadjah Mada yang memulai program serupa tahun 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar