“Ah sudahlah, aku benci
kalian semua.” Ucapku pada teman-temanku
“Tapi rei, apa yang
salah?? Kalo ada yang salah kami minta maaf.” Jawab Neny, matanya sudah mulai
berkaca-kaca.
“Ga’ da yang salah.
Yang salah itu aku, habis ini kita ga usah ketemu lagi!” Lanjutku seraya
berdiri meninggalkan teman-temanku.
Aku, Neny, Fikri,
Rusdi, Irfan dan Putra sudah bersahabat sejak SMA. Kami berasal dari SMA yang
sama, tapi setelah kuliah kami terpisah-pisah. Sebenarnya bukannya semua
terpisah sih, Neny dan Putra berada di universitas yang sama walaupun berbeda
fakultas. Begitu juga dengan Fikri, Irfan dan Putra, walaupun mereka tidak
berada di satu universitas tapi mereka masih satu kota. Berbeda sekali
denganku, aku terpisah sendiri dari mereka baik universitas maupun kota.
Hari ini adalah
pertemuan rutinku tiap semester dengan sahabatku. Semenjak kami memasuki dunia
kuliah, kami berjanji akan selalu berkumpul dikota tempat tinggal kami tiap libur
semester. Awalnya pertemuan kami baik-baik saja, karena ketika bertemu kami
membicarakan kenangan-kenangan ketika SMA. Tapi akhir-akhir ini, aku merasa
kami berada dalam dunia yang berbeda. Bukan kami sih, tapi aku merasa aku berda
didunia yang lain dari mereka.
Akhir-akhir ini mereka
lebih sering mengobrol antara mereka saja. Aku merasa sangat sulit untuk masuk
dalam pembicaraan mereka. Aku merasa tersisihkan dari mereka. Dan puncaknya
hari ini, aku merasa benar-benar asing dan mengatakan untuk tidak akan bertemu
mereka lagi. Benar, dalam hal ini tidak ada orang yang dapat aku salahkan.
Kenapa? Karena masalahnya sendiri ada padaku. Mengapa aku berada di universitas
dan kota yang berbeda dengan mereka? Jadi masalahnya ada padaku, dan untuk
mengatasinya, sebaiknya aku tidak bertemu mereka lagi bukan???
=======================================================
“Ah.... nyebelin banget
dosennya...” ucap Nada
“Iya, masa kita disuruh
ngumpulin tugasnya besok. Emang tugas tuh cuman dari dosen tu aja apa?? Dari
dosen yang lainnya aja udah banyak!!” imbuh Sinta
“Udah-udah, walaupun
kita mau ngomel gimana pun, tugasnya ga bakal jadi dikit kan.” Ucapku
menhentikan semua ocehan mereka.
“Hahaa iya, ga bakal
ilang juga tuh tugas!!” kata Nada, “dari pada ngomel, kita ke audit ja yuk!!
Kan lagi ada acara tuh disana, sekalian lit-liat gitu” tambahnya.
“Boleh-boleh!!” jawab
Sinta bersemangat. Akhirnya kami bertiga pergi ke audit. Jarak antara gedung
tempat kami kuliah tadi dengan Auditarium tidak terlalu jauh. Hanya dengan
berjalan kaki selama sepuluh menit kami sampai di Audit.
Di auditorium terlihat
sangat ramai, ada banyak stand-stand yang berdiri disana. Sebenarnya wajar
saja, karena ini adalah acara kampus tingkat internasional. Maksudnya semua
peserta yang ikut dalam acara ini bukan hanya dari beberapa universitas saja
tapi dari semua universitas yang ada di Indonesia.
“liat-liat, disana ada
stand aksesoris, kesana yuk!!” ajak sinta setelah dia melihat sekitar dan
menemukan stand yang paling dia sukai, tentu saja.
“Ih lucu-lucu ya,”
kataku sambil melihat semua aksesoris yang ada di stand itu.” Eh, liat yang
ini, lucukan??” tambahku sambil mengambil salah satu jepit rambut dan
memperlihatkannya pada Nada dan Sinta.
Ternyata aku terlalu
sibuk melihat-lihat sehingga tidak menyadari kalau seseorang tengah berbicara
dengan Nada dan Sinta yang ada disampingku. Iseng, aku mencoba mendengarkan
mereka. Ternyata cowok yang sedang berbicara dengan mereka bertanya letak
sebuah fakultas dan Sinta dengan cerianya menerangkan pada cowok itu. Karena
penasaran aku mendekati mereka, semakin dekat aku mendengar suara mereka
semakin jelas dan tunggu dulu........ sepertinya aku mengenal suara cowok ini.
Dan setelah aku bisa melihat wajahnya, ternyata benar. Cowok itu adalah Putra,
salah seorang sahabatku.
“Rei, sini deh!!”
panggil Nada.
Sinta yang tadinya
sedang menjelaskan pada Putra, melihat kearahku begitu juga dengan Putra.
Aku semakin menciut, rasanya aku mau
lari saja dari tempat ini sekarang. Napa sih nih anak ada disini??” gumamku.
“Reiza, apa kabar??”
ucap Putra yang seolah baru menyadari keberadaanku. Sedetik kemudian Putra
mengambil Handphonenya dan memencet tombol.” Ny, gue dah ketemu nih ma Reiza.
Kasih tau yang lain, gue lagi di luar.”
Aku masih saja dengan
rasa tidak percayaku mendengarkan semua yang dia ucapkan. Jadi mereka semua
disini? Kok bisa?? Pertanyaan itu terus saja berputar-putar dikepalaku, hingga
aku sadar seseorang sedang memanggil namaku.
“Eh Rei, dia temen
kamu? Tanya Sinta. Sekarang Sinta dan Nada tengah menatapku dengan rasa ingin
tahu.
“Eh, Iya kenalin gue
Putra, temen SMA-nya Reiza” kata Putra sambil mengulurkan tangannya pada Sinta
dan Nada.
Dari arah auditorium
aku melihat beberapa wajah yang sangat kukenal keluar dan berjalan kearahku.
Neny berjalan lebih cepat ketika dia melihatku dan langsung memelukku
sesampainya ditempatku berada.
“Rei, aku kangen banget
tau sama kamu” ungkapnya tanpa melepaskan pelukannya dariku. Dadaku sesak,
bukan karena pelukannya, tapi karena menahan air mata yang sudah mau mengalir
dimataku. Ya ampun, ternyata aku begitu merindukan mereka. Sudah hampir satu
semester berlalu semenjak aku meninggalkan mereka, dan aku sama sekali tidak
menghubungi mereka bahkan tidak membalas semua SMS yang mereka kirimkan
untukku.
“eh iya, ni temen kamu
ya Rei?” tanya Neny sambil melepaskan pelukannya, seolah baru menyadari
keberadaan Nada dan Sinta. Kulihat Nada dan Sinta merasa canggung berada
dikelilingi oleh orang-orang yang tidak mereka kenali. Apalagi hampir semuanya
cowok.
“iya, ni temen-temen
aku. Kenalin, ini Nada ma Sinta.” Ucapku setelah menemukan kembali suaraku,
“Nada, Sinta ini Neny, Fikri, Irfan dan Rusdi.
Ternyata mereka semua
kelihatannya mudah sekali untuk akrab satu sama lain. Apalagi dengan adanya
Irfan yang bisa membuat suasana menjadi menyenangkan. Sementara yang lain
melihat-lihat sekeliling stand yang ada, aku dan Neny duduk disebuah bangku
taman. Hmn... jujur, susah sekali menjelaskan suasana hatiku sekarang. Antara
senang, sedih dan perasaan lainnya.
“Kamu ga mau nanya
kenapa kami disini?” tanya Neny memulai pembicaraan.
“Jujur, terlalu banyak
yang pengen aku tanya, tapi aku ga tau mau mulai dari mana..” jawabku.
“Rei, kamu masih marah?
Sebenarnya aku mengerti kenapa kamu marah waktu itu. Tapi kami bukan bermaksud
membuatmu merasa asing. Sungguh, kami ga da maksud sama sekali” ujar Neny
sambil menggenggam tanganku. Aku tidak tahu apa yang harus aku jawab, jadi aku
hanya diam.”Kamu tau? Beberapa minggu yang lalu seorang seorang dosen
menunjukku untuk menjadi perwakilan sebuah lomba. Ketika aku mengetahui lomba
itu diadakan kampusmu, aku langsung mengajak yang lain untuk ikut dan ternyata
mereka juga diminta untuk jadi perwakilan dari kampus mereka.” Lanjut Neny.
“.....” aku masih saja
diam
“Hari ini kami baru
sampai disini dan karena aku dan Putra sudah menyelesaiin bagian kami, kami
pergi nanya ke orang-orang dimana fakultasmu. Ntar kalo dah ketemu, abis yang
lain selesai kita mau kesana.” ucapnya sambil tersenyum. Pantes saja tadi Putra
bertanya pada Sinta dan Nada. Ternyata mereka nyari aku toh.
=========================================================
Hari ini, hari terakhir Neny, Fikri, Irfan, Rusdi
dan Putra berada disini. Setelah beberapa hari bertemu dengan mereka, mulutku
masih saja bungkam. Aku sama sekali tidak mengatakan apa-apa mengenai kejadian
itu. Bahkan aku hanya berbicara seperlunya saja dengan mereka. Tiap kali aku
bertemu mereka hanya Nada dan Sinta yang sering berbicara, aku lebih banyak
diamnya.
“Rei, kamu ga nganterin temen-temenmu??” tanya Sinta
padaku ketika kuliah selesai.
“eh, ga ah, aku meles!” jawabku.
“Rei, nih ada titipan buat kamu!!” panggil Nada yang
tiba-tiba sudah ada disampingku. Hari ini jadwal kuliah Nada berbeda denganku
dan Sinta. Jadi dia baru datang kekampus waktu kami sudah selesai kuliah.
“he?? Dari siapa??” tanyaku penasaran
“liat aja
sendiri!!” ujarnya sambil memberikan sebuah amplop padaku.
Ketika membuka amplop tersebut, aku langsung
mengenali tulisan-tulisan yang ada disana. Ternyata itu surat dari mereka.
Dear
Reiza
Rei,
kamu masih marah juga lagi sama kami?? Apa yang mesti aku lakuin biar kamu ga
marah lagi?? Aku pikir kalo kami dah ketemu ma kamu, kamu bakalan berenti
marahnya. Ternyata ga ya.... tapi walaupun kamu marah dan ga mau ketemu kami
lagi, kami bakal tetap nungguin kamu ditempat yang sama dengan tempat kita
janjian dulu. Kamu tetap bakal jadi sahabat yang paling aku sayangi. HAPPY
BIRTHDAY DEAR ^_^
Rei,
gimana kabar loe?? Loe kok jadi pendiam ya waktu ketemu ma kami. Atau
jangan-jangan loe beneran benci ma kami?? Yah walaupun loe ga nganggap kami
lagi, kami bakal tetap jadi sahabat loe. HAPPY BIRTHDAY!! Cuman satu yang mesti
loe ingat, kami selalu ada buat loe J
Rere,
jangan marah lagi dong... ayo senyum... kami sayang kok ma Reiza... HAPPY
BIRTHDAY ^^
HAPPY
BIRTHDAY Rei... semoga ntar kalo kita ketemu loe udah ga marah lagi....
Seorang
sahabat tidak akan pergi ketika kamu menyuruhnya untuk pergi. Begitulah kami,
kami ga bakalan ninggalin kamu walau itu permintaanmu. Kita tetap sahabat
selamanya... HAPPY BIRTHDAY!!
Nb:
sebenarnya kita datang kesini buat ngerayain ulang tahunmu. Tapi kamu kayaknya
ga mau gitu. Ya udah MET ULTAH aja, moga bahagia, tambah cantik, tambah baik,
tambah pa lagi ya?? Pokoknya tambah yang baik-baik deh!!! J
Mutiara Afriza
Tidak ada komentar:
Posting Komentar