Count visitor

Jumat, 22 Juni 2012

cerpen


Karena Kita Sahabat
“Ah sudahlah, aku benci kalian semua.” Ucapku pada teman-temanku
“Tapi rei, apa yang salah?? Kalo ada yang salah kami minta maaf.” Jawab Neny, matanya sudah mulai berkaca-kaca.
“Ga’ da yang salah. Yang salah itu aku, habis ini kita ga usah ketemu lagi!” Lanjutku seraya berdiri meninggalkan teman-temanku.
Aku, Neny, Fikri, Rusdi, Irfan dan Putra sudah bersahabat sejak SMA. Kami berasal dari SMA yang sama, tapi setelah kuliah kami terpisah-pisah. Sebenarnya bukannya semua terpisah sih, Neny dan Putra berada di universitas yang sama walaupun berbeda fakultas. Begitu juga dengan Fikri, Irfan dan Putra, walaupun mereka tidak berada di satu universitas tapi mereka masih satu kota. Berbeda sekali denganku, aku terpisah sendiri dari mereka baik universitas maupun kota.
Hari ini adalah pertemuan rutinku tiap semester dengan sahabatku. Semenjak kami memasuki dunia kuliah, kami berjanji akan selalu berkumpul dikota tempat tinggal kami tiap libur semester. Awalnya pertemuan kami baik-baik saja, karena ketika bertemu kami membicarakan kenangan-kenangan ketika SMA. Tapi akhir-akhir ini, aku merasa kami berada dalam dunia yang berbeda. Bukan kami sih, tapi aku merasa aku berda didunia yang lain dari mereka.
Akhir-akhir ini mereka lebih sering mengobrol antara mereka saja. Aku merasa sangat sulit untuk masuk dalam pembicaraan mereka. Aku merasa tersisihkan dari mereka. Dan puncaknya hari ini, aku merasa benar-benar asing dan mengatakan untuk tidak akan bertemu mereka lagi. Benar, dalam hal ini tidak ada orang yang dapat aku salahkan. Kenapa? Karena masalahnya sendiri ada padaku. Mengapa aku berada di universitas dan kota yang berbeda dengan mereka? Jadi masalahnya ada padaku, dan untuk mengatasinya, sebaiknya aku tidak bertemu mereka lagi bukan???
            =======================================================
“Ah.... nyebelin banget dosennya...” ucap Nada
“Iya, masa kita disuruh ngumpulin tugasnya besok. Emang tugas tuh cuman dari dosen tu aja apa?? Dari dosen yang lainnya aja udah banyak!!” imbuh Sinta
“Udah-udah, walaupun kita mau ngomel gimana pun, tugasnya ga bakal jadi dikit kan.” Ucapku menhentikan semua ocehan mereka.
“Hahaa iya, ga bakal ilang juga tuh tugas!!” kata Nada, “dari pada ngomel, kita ke audit ja yuk!! Kan lagi ada acara tuh disana, sekalian lit-liat gitu” tambahnya.
“Boleh-boleh!!” jawab Sinta bersemangat. Akhirnya kami bertiga pergi ke audit. Jarak antara gedung tempat kami kuliah tadi dengan Auditarium tidak terlalu jauh. Hanya dengan berjalan kaki selama sepuluh menit kami sampai di Audit.
Di auditorium terlihat sangat ramai, ada banyak stand-stand yang berdiri disana. Sebenarnya wajar saja, karena ini adalah acara kampus tingkat internasional. Maksudnya semua peserta yang ikut dalam acara ini bukan hanya dari beberapa universitas saja tapi dari semua universitas yang ada di Indonesia.
“liat-liat, disana ada stand aksesoris, kesana yuk!!” ajak sinta setelah dia melihat sekitar dan menemukan stand yang paling dia sukai, tentu saja.
“Ih lucu-lucu ya,” kataku sambil melihat semua aksesoris yang ada di stand itu.” Eh, liat yang ini, lucukan??” tambahku sambil mengambil salah satu jepit rambut dan memperlihatkannya pada Nada dan Sinta.
Ternyata aku terlalu sibuk melihat-lihat sehingga tidak menyadari kalau seseorang tengah berbicara dengan Nada dan Sinta yang ada disampingku. Iseng, aku mencoba mendengarkan mereka. Ternyata cowok yang sedang berbicara dengan mereka bertanya letak sebuah fakultas dan Sinta dengan cerianya menerangkan pada cowok itu. Karena penasaran aku mendekati mereka, semakin dekat aku mendengar suara mereka semakin jelas dan tunggu dulu........ sepertinya aku mengenal suara cowok ini. Dan setelah aku bisa melihat wajahnya, ternyata benar. Cowok itu adalah Putra, salah seorang sahabatku.
“Rei, sini deh!!” panggil Nada.
Sinta yang tadinya sedang menjelaskan pada Putra, melihat kearahku begitu juga dengan Putra. Aku  semakin menciut, rasanya aku mau lari saja dari tempat ini sekarang. Napa sih nih anak ada disini??” gumamku.
“Reiza, apa kabar??” ucap Putra yang seolah baru menyadari keberadaanku. Sedetik kemudian Putra mengambil Handphonenya dan memencet tombol.” Ny, gue dah ketemu nih ma Reiza. Kasih tau yang lain, gue lagi di luar.”
Aku masih saja dengan rasa tidak percayaku mendengarkan semua yang dia ucapkan. Jadi mereka semua disini? Kok bisa?? Pertanyaan itu terus saja berputar-putar dikepalaku, hingga aku sadar seseorang sedang memanggil namaku.
“Eh Rei, dia temen kamu? Tanya Sinta. Sekarang Sinta dan Nada tengah menatapku dengan rasa ingin tahu.
“Eh, Iya kenalin gue Putra, temen SMA-nya Reiza” kata Putra sambil mengulurkan tangannya pada Sinta dan Nada.
Dari arah auditorium aku melihat beberapa wajah yang sangat kukenal keluar dan berjalan kearahku. Neny berjalan lebih cepat ketika dia melihatku dan langsung memelukku sesampainya ditempatku berada.
“Rei, aku kangen banget tau sama kamu” ungkapnya tanpa melepaskan pelukannya dariku. Dadaku sesak, bukan karena pelukannya, tapi karena menahan air mata yang sudah mau mengalir dimataku. Ya ampun, ternyata aku begitu merindukan mereka. Sudah hampir satu semester berlalu semenjak aku meninggalkan mereka, dan aku sama sekali tidak menghubungi mereka bahkan tidak membalas semua SMS yang mereka kirimkan untukku.
“eh iya, ni temen kamu ya Rei?” tanya Neny sambil melepaskan pelukannya, seolah baru menyadari keberadaan Nada dan Sinta. Kulihat Nada dan Sinta merasa canggung berada dikelilingi oleh orang-orang yang tidak mereka kenali. Apalagi hampir semuanya cowok.
“iya, ni temen-temen aku. Kenalin, ini Nada ma Sinta.” Ucapku setelah menemukan kembali suaraku, “Nada, Sinta ini Neny, Fikri, Irfan dan Rusdi.
Ternyata mereka semua kelihatannya mudah sekali untuk akrab satu sama lain. Apalagi dengan adanya Irfan yang bisa membuat suasana menjadi menyenangkan. Sementara yang lain melihat-lihat sekeliling stand yang ada, aku dan Neny duduk disebuah bangku taman. Hmn... jujur, susah sekali menjelaskan suasana hatiku sekarang. Antara senang, sedih dan perasaan lainnya.
“Kamu ga mau nanya kenapa kami disini?” tanya Neny memulai pembicaraan.
“Jujur, terlalu banyak yang pengen aku tanya, tapi aku ga tau mau mulai dari mana..” jawabku.
“Rei, kamu masih marah? Sebenarnya aku mengerti kenapa kamu marah waktu itu. Tapi kami bukan bermaksud membuatmu merasa asing. Sungguh, kami ga da maksud sama sekali” ujar Neny sambil menggenggam tanganku. Aku tidak tahu apa yang harus aku jawab, jadi aku hanya diam.”Kamu tau? Beberapa minggu yang lalu seorang seorang dosen menunjukku untuk menjadi perwakilan sebuah lomba. Ketika aku mengetahui lomba itu diadakan kampusmu, aku langsung mengajak yang lain untuk ikut dan ternyata mereka juga diminta untuk jadi perwakilan dari kampus mereka.” Lanjut Neny.
“.....” aku masih saja diam
“Hari ini kami baru sampai disini dan karena aku dan Putra sudah menyelesaiin bagian kami, kami pergi nanya ke orang-orang dimana fakultasmu. Ntar kalo dah ketemu, abis yang lain selesai kita mau kesana.” ucapnya sambil tersenyum. Pantes saja tadi Putra bertanya pada Sinta dan Nada. Ternyata mereka nyari aku toh.
=========================================================
Hari ini, hari terakhir Neny, Fikri, Irfan, Rusdi dan Putra berada disini. Setelah beberapa hari bertemu dengan mereka, mulutku masih saja bungkam. Aku sama sekali tidak mengatakan apa-apa mengenai kejadian itu. Bahkan aku hanya berbicara seperlunya saja dengan mereka. Tiap kali aku bertemu mereka hanya Nada dan Sinta yang sering berbicara, aku lebih banyak diamnya.
“Rei, kamu ga nganterin temen-temenmu??” tanya Sinta padaku ketika kuliah selesai.
“eh, ga ah, aku meles!” jawabku.
“Rei, nih ada titipan buat kamu!!” panggil Nada yang tiba-tiba sudah ada disampingku. Hari ini jadwal kuliah Nada berbeda denganku dan Sinta. Jadi dia baru datang kekampus waktu kami sudah selesai kuliah.
“he?? Dari siapa??” tanyaku penasaran
 “liat aja sendiri!!” ujarnya sambil memberikan sebuah amplop padaku.
Ketika membuka amplop tersebut, aku langsung mengenali tulisan-tulisan yang ada disana. Ternyata itu surat dari mereka.

Dear Reiza
Rei, kamu masih marah juga lagi sama kami?? Apa yang mesti aku lakuin biar kamu ga marah lagi?? Aku pikir kalo kami dah ketemu ma kamu, kamu bakalan berenti marahnya. Ternyata ga ya.... tapi walaupun kamu marah dan ga mau ketemu kami lagi, kami bakal tetap nungguin kamu ditempat yang sama dengan tempat kita janjian dulu. Kamu tetap bakal jadi sahabat yang paling aku sayangi. HAPPY BIRTHDAY DEAR ^_^

Rei, gimana kabar loe?? Loe kok jadi pendiam ya waktu ketemu ma kami. Atau jangan-jangan loe beneran benci ma kami?? Yah walaupun loe ga nganggap kami lagi, kami bakal tetap jadi sahabat loe. HAPPY BIRTHDAY!! Cuman satu yang mesti loe ingat, kami selalu ada buat loe J
Rere, jangan marah lagi dong... ayo senyum... kami sayang kok ma Reiza... HAPPY BIRTHDAY ^^

HAPPY BIRTHDAY Rei... semoga ntar kalo kita ketemu loe udah ga marah lagi....
Seorang sahabat tidak akan pergi ketika kamu menyuruhnya untuk pergi. Begitulah kami, kami ga bakalan ninggalin kamu walau itu permintaanmu. Kita tetap sahabat selamanya... HAPPY BIRTHDAY!!

Nb: sebenarnya kita datang kesini buat ngerayain ulang tahunmu. Tapi kamu kayaknya ga mau gitu. Ya udah MET ULTAH aja, moga bahagia, tambah cantik, tambah baik, tambah pa lagi ya?? Pokoknya tambah yang baik-baik deh!!! J


Mutiara Afriza

Tidak ada komentar:

Posting Komentar