PESAN
DI BALIK PERISTIWA ISRA MI’RAJ
oleh: Amelia Putri
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada
suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui” (Qs. Al Israa : 1)
|
Dari
firman Allah tersebut memang benar bahwa perintah shalat dijemput oleh Rasul ke
luar angkasa yaitu dari masjidil haram (Makkah) ke masjidil aqsa lalu pergi ke
luar angkasa (sidratul muntaha). Tepatnya pada tanggal 27 Rajab dengan
mengendarai buraq dalam waktu semalam
menurut perhitungan dunia. Secara logika, tidak mungkin seseorang pada masa
dulu yang teknologinya masih jauh tertinggal dari zaman sekarang bisa mencapai
langit dalam waktu semalam saja. Peristiwa
Isra’ Mi’raj adalah peristiwa monumental yang mengandung aspek spiritual dan
keilmuan/teknologi yang tinggi. Seiring dengan perkembangan teknologi dari abad
ke abad, manusia seolah ditantang untuk berpikir dan membuktikan kebenaran
sekaligus kehebatan kekuasaan Sang Maha Pencipta.
Diluar
dari peristiwa luar biasa itu, jumlah rakaat pada shalat pun bisa diambil
hikmahnya. Shalat subuh misalnya, kenapa dikerjakan hanya dua rakaat. Logika saya
berpikir bahwa dipagi hari adalah waktunya memulai aktifitas. Kita dituntut
bangun pagi-pagi untuk memulai aktifitas karena pagi adalah awal untuk memulai
kehidupan. Nabi Muhammad pun turun ke bumi menjelang subuh, Mungkin ini juga
hikmah bagi kita semua karena shalat
Subuh adalah shalat yang sulit untuk dilaksanakan, karena pada saat itu banyak
manusia yang masih terlelap dalam tidurnya Meskipun shalat subuh dikerjakan
hanya dua rakaat, faedahnya apabila dilaksanakan berjamaah sangat bagus. Seperti
yang pernah saya baca, apabila orang-orang mengetahui tentang faedah shalat
subuh berjamaah maka mereka akan pergi shalat meski dengan merangkak sekalipun.
Sebaliknya apabila seorang muslim tidak melaksanakan shalat subuh, maka setiap
jam dalam sehari itu tidak akan mendatangkan manfaat baginya. Niscaya harinya
tidak diridhoi Allah dan belum tentu kegiatannya pada hari itu lancar.
Begitupun
dengan shalat fardhu lainnya, sesungguhnya jumlah rakaat pada tiap shalat itu
telah ditetapkan dan tidak akan berubah hingga hari akhir. Ajaran Islam itu
elastis, selalu sesuai dengan perkembangan zaman. Jadi apabila seseorang tidak
melaksanakan shalat karena sibuk dan lupa waktu, bukanlah sebuah alasan karena
untuk melaksanakan shalat yang maksimal hanya memakan waktu sepuluh menit tidaklah
akan mengganggu aktifitas sesibuk apapun Ia.
Namun
agaknya manusia sekarang lebih memilih sibuk, sehingga untuk shalat saja
terganggu karena aktifitas duniawi. Shalat adalah cara bagi kita umat Islam
untuk berdialog dengan Sang Khalik. Sebagai hambaNya, sudahlah tentu kewajiban
kita untuk beribadah kepadaNya. Kita diciptakan di dunia ini untuk apa kalau
untuk mengerjakan shalat sebagai tiang agama saja enggan. Atau mungkin tidak
mengamalkan ajaran Al-qur’an yang jelas-jelas menyebutkan: “Tidak Aku ciptakan Jin dan
manusia kecuali untuk beribadah kepada Ku”
(QS.Az-dzariyat: ayat 56)
Begitu
banyak sebenarnya pesan dari peristiwa Isra Mi’raj ini. Namun saya sebagai
seorang yang baru belajar, hanya mampu membahas ini sebatas kemampuan saya. Melihat
perjuangan Nabi Muhammad membawa kita menuju jalan kebenaran, masihkah kita
mengulur-ngulur waktu shalat, masihkah kita enggan melakukan perintahNya, masih
malaskah kita untuk bersyukur atas RahmatNya yang telah kita nikmati. Ketika kita
sebagai hambaNya yang seharusnya membutuhkan Tuhan disetiap waktu namun masih
jarang menghubungiNya, meminta pertolongan dan ridho dariNya? Ayolah, kita
semua diciptakan olehNya dan akan kembali padaNya. Janganlah merasa gengsi
menyadari ketidakmampuan kita, toh kita ini hanya butiran debu tanpa anugerah
yang diberikan olehNya, mintalah dan hubungi dia selalu ketika senang maupun
susah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar