Persepsi Urang Awak
terhadap Talkshow Indonesia Lawyers Club
Oleh : Ria Andriani
Indonesia
Lawyers Club (ILC) merupakan suatu program acara yang tayangkan oleh TV One.
Program acara ini disajikan dalam bentuk kemasan perbincangan hangat layaknya
sebuah talkshow yang membicarakan dan mambahas mengenai masalah hangat yang
terjadi di Negara Pancasila yaitu Indonesia.
ILC
dapat dikatakan sebagai suatu acara yang dapat memberikan pengetahuan dan
wawasan terhadap masyarakat terutama Indonesia terhadap berbagai permasalahan bangsa
yang dikupas secara luas dan dapat dijelaskan dari berbagai sisi dan sudut
pandang. Prograam ini dimeriahkan denngan adanya diskusi dan debat mengenai
topic yang dibahas tersebut.
Program
yang dibawakan oleh Karni Ilyas ini dihadiri oleh para tamu undangan yang cukup
menjanjikan, mulai dari kalangan mahasiswa hingga para pejabat Negara. Mereka
semua berasal dari kalangan pemilik kenamaan di panggung politik, hukum, seni
dan budaya hingga penerus bangsa. Mereka semua dihadirkan untuk berbagi serta
memberikan pendapat, tanggapan dan analisa mereka terhadap permasalahan yang
akan dibahas tersebut.
Program
yang disiarkan pada pukul 19.30 WIB ini menyajikan berbagai masalah pelik yang
melanda Negara Indonesia dan tentunya sedang hangat di telinga para masyarakatnya.
Permasalahan tersebut disajikan lewat adanya kebebasan berpendapat di muka umum
dengan adanya semangat yang disampaikan lewat pendapat para pembicara tersebut.
Sajian
yang diperkenalkan tersebut ternyata tidak sepenuhnya berjalan sesuai keinginan.
Indonesia Lawyers Club ternyata mendapat hasil pro dan kontra dari para
masyarakat khususnya kota Padang, Sumatera Barat. Pro dan kontra tersebut
menempati urutan teratas disaat Indonesia Lawyers Club mengangkat masalah dalam
tubuh Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI). Masyarakat berpendapat
bahwa ILC lebih terlihat memihak dan menjadi tidak berimbang dalam
penyampaiannya.
Permasalahan
tersebut adalah adanya ketegangan dalam kasus dualism PSSI antara kubu Johar
dan kubu La Nyalla. Johar yang merupakan pimpinan PSSI saat itu dinilai banyak
membuat keputusan dan kebijakan yang salah oleh para anggota PSSI dengan hasil
suara dua per tiga dari anggota setuju atas penurunan Johar dari jabatannya.
Namun,
masalah ini diangkat dengan adanya keganjalan dari pihak La Nyalla yang akan
menggantikan posisi Johan. La Nyalla seakan-akan bombastis didukung oleh pihak
penyelenggara ILC yaitu Nirwan Bakrie selaku pemilik TV One dan ANTV.
Permasalahan inilah yang pada akhirnya berujung pada sidang Viva terhadap tubuh
PSSI tersebut.
TIdak
hanya hal tersebut yang terjadi pada ILC saat itu. Indonesia lawyers Club yang dulunya bernama Jakarta
Lawyers Club ini menjadi tempat yang mengkhawatirkan bagi moral bangsa kedepan.
Disana, mereka para petinggi kalangan politik, hukum hingga budayawan malah
menjadikan ILC sebagai ajang sindir menyindir dan bebas omong. Mereka terlalu
semangat dalam menyampaikan omongan tersebut. Seakan-akan mereka lupa dengan
status sosial dan pendidikan yang mereka sandang. Bahkan mereka juga melupakan
bahwa acara tersebut dihadiri oleh para mahasiswa penerus bangsa dan ditonton
oleh para masyarakat penikmat media.
Indonesia
Lawyers Club memanglah sebuah wadah dan saluran
penyeleksian konflik bangsa Indonesia yang dapat dengan bebas mengajukan
pendapat, namun bukanlah sebebas-bebas mungkin. Dalam acara tersebut kebebasan
pendapat yang menyebabkan perbedaan pendapat yang begitu kontras tidak terlihat
dibatasi. Inilah yang pada akhirnya menyebabkan adanya adu argument yang
memalukan dengan memamerkan dan terlalu memuji diri sendiri, saling menyerang
ranah pribadi, membuka aib orang lain hingga saling mengolok-olok. Seakan-akan
lidah mereka mampu bergoyang hanya untuk mengumbar omongan yang sangat tidak
berbudaya, dan ditambah lagi dengan keluarnya kata-kata yang mewakili seluruh
penduduk kebun binatang dari mulut para petinggi politik, hukum dan budaya tersebut.
Dari
berbagai narasumber dari kalangan Urang Awak dapat diambil benang merah
bahwa acara ini seperti mengandung unsur
kepentingan
sebuah kelompok dibalik kata-kata Karni Ilyas, sang pembawa acara dari Indonesia Lawyers Club tersebut. Inilah yang menjadikan acara ini kurang berimbang dan dapat menyebabkan masyarakat menjadi terpecah belah dengan adanya penanaman persepsi yang tidak sehat dari media tersebut. Ini dikarenakan acara Indonesia Lawyers Club ditayangkan di media massa besar. Jika topik yang diangkat terus-menerus memojokkan pemerintah atau seseorang, itulah yang sangat berpotensi mengganggu stabilitas ketahanan nasional dengan perubahan persepsi masyarakat terhadap suatu masalah tersebut.
sebuah kelompok dibalik kata-kata Karni Ilyas, sang pembawa acara dari Indonesia Lawyers Club tersebut. Inilah yang menjadikan acara ini kurang berimbang dan dapat menyebabkan masyarakat menjadi terpecah belah dengan adanya penanaman persepsi yang tidak sehat dari media tersebut. Ini dikarenakan acara Indonesia Lawyers Club ditayangkan di media massa besar. Jika topik yang diangkat terus-menerus memojokkan pemerintah atau seseorang, itulah yang sangat berpotensi mengganggu stabilitas ketahanan nasional dengan perubahan persepsi masyarakat terhadap suatu masalah tersebut.
Media
seharusnya dapat bersifat netral dalam penyampaian dan penyajian suatu masalah.
Bukan dengan cara memihak salah satu kubu yang dirasa menguntungkan. Jika media
sudah netral dan pembicara juga tidak kebablasan, maka hal yang ditakuti tidak
besar kemungkinan yang akan terjadi seperti adanya ketidakstabilan ketahanan
nasional.
Karni
Ilyas seharusnya dapat memilah mana komentar yang berhubungan dengan konteks
pembicaraan dan mana yang berada di luar konteks. Mana yang memihak, menyindir
dan lain sebagainya. Ini didasarkan dengan Karni Ilyas yang memiliki peran
sebagai pembawa acara yang seharusnya juga menjadi pengendali acara secara
netral, tanpa peduli siapa yang benar dan salah, siapa yang menang dan siapa
yang kalah. Karena acara Indonesia Lawyers Club ini bukan sebuah kompetisi
untuk merebutkan piala kemenangan pendapat, melainkan sebuah wadah penyelesaian
masalah bangsa Indonesia yang disaksikan jutaan penonton diseluruh penjuru Indonesia.
Pada nyatanya , ILC tidak memberikan solusi, melainkan hanya menjadi petugas
yang seakan-akan memojokkan pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar