Count visitor

Kamis, 14 Juni 2012

Persepsi urang awak terhadap talkshow ILC



Persepsi Urang Awak terhadap Talkshow Indonesia   Lawyers Club
Oleh : Ria Andriani

Indonesia Lawyers Club (ILC) merupakan suatu program acara yang tayangkan oleh TV One. Program acara ini disajikan dalam bentuk kemasan perbincangan hangat layaknya sebuah talkshow yang membicarakan dan mambahas mengenai masalah hangat yang terjadi di Negara Pancasila yaitu Indonesia.
ILC dapat dikatakan sebagai suatu acara yang dapat memberikan pengetahuan dan wawasan terhadap masyarakat terutama Indonesia terhadap berbagai permasalahan bangsa yang dikupas secara luas dan dapat dijelaskan dari berbagai sisi dan sudut pandang. Prograam ini dimeriahkan denngan adanya diskusi dan debat mengenai topic yang dibahas tersebut.
Program yang dibawakan oleh Karni Ilyas ini dihadiri oleh para tamu undangan yang cukup menjanjikan, mulai dari kalangan mahasiswa hingga para pejabat Negara. Mereka semua berasal dari kalangan pemilik kenamaan di panggung politik, hukum, seni dan budaya hingga penerus bangsa. Mereka semua dihadirkan untuk berbagi serta memberikan pendapat, tanggapan dan analisa mereka terhadap permasalahan yang akan dibahas tersebut.
Program yang disiarkan pada pukul 19.30 WIB ini menyajikan berbagai masalah pelik yang melanda Negara Indonesia dan tentunya sedang hangat di telinga para masyarakatnya. Permasalahan tersebut disajikan lewat adanya kebebasan berpendapat di muka umum dengan adanya semangat yang disampaikan lewat pendapat para pembicara tersebut.
Sajian yang diperkenalkan tersebut ternyata tidak sepenuhnya berjalan sesuai keinginan. Indonesia Lawyers Club ternyata mendapat hasil pro dan kontra dari para masyarakat khususnya kota Padang, Sumatera Barat. Pro dan kontra tersebut menempati urutan teratas disaat Indonesia Lawyers Club mengangkat masalah dalam tubuh Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI). Masyarakat berpendapat bahwa ILC lebih terlihat memihak dan menjadi tidak berimbang dalam penyampaiannya.
Permasalahan tersebut adalah adanya ketegangan dalam kasus dualism PSSI antara kubu Johar dan kubu La Nyalla. Johar yang merupakan pimpinan PSSI saat itu dinilai banyak membuat keputusan dan kebijakan yang salah oleh para anggota PSSI dengan hasil suara dua per tiga dari anggota setuju atas penurunan Johar dari jabatannya.
Namun, masalah ini diangkat dengan adanya keganjalan dari pihak La Nyalla yang akan menggantikan posisi Johan. La Nyalla seakan-akan bombastis didukung oleh pihak penyelenggara ILC yaitu Nirwan Bakrie selaku pemilik TV One dan ANTV. Permasalahan inilah yang pada akhirnya berujung pada sidang Viva terhadap tubuh PSSI tersebut.
TIdak hanya hal tersebut yang terjadi pada ILC saat itu. Indonesia  lawyers Club yang dulunya bernama Jakarta Lawyers Club ini menjadi tempat yang mengkhawatirkan bagi moral bangsa kedepan. Disana, mereka para petinggi kalangan politik, hukum hingga budayawan malah menjadikan ILC sebagai ajang sindir menyindir dan bebas omong. Mereka terlalu semangat dalam menyampaikan omongan tersebut. Seakan-akan mereka lupa dengan status sosial dan pendidikan yang mereka sandang. Bahkan mereka juga melupakan bahwa acara tersebut dihadiri oleh para mahasiswa penerus bangsa dan ditonton oleh para masyarakat penikmat media.
Indonesia Lawyers Club memanglah sebuah wadah dan saluran  penyeleksian konflik bangsa Indonesia yang dapat dengan bebas mengajukan pendapat, namun bukanlah sebebas-bebas mungkin. Dalam acara tersebut kebebasan pendapat yang menyebabkan perbedaan pendapat yang begitu kontras tidak terlihat dibatasi. Inilah yang pada akhirnya menyebabkan adanya adu argument yang memalukan dengan memamerkan dan terlalu memuji diri sendiri, saling menyerang ranah pribadi, membuka aib orang lain hingga saling mengolok-olok. Seakan-akan lidah mereka mampu bergoyang hanya untuk mengumbar omongan yang sangat tidak berbudaya, dan ditambah lagi dengan keluarnya kata-kata yang mewakili seluruh penduduk kebun binatang dari mulut para petinggi politik, hukum dan budaya tersebut.
Dari berbagai narasumber  dari kalangan Urang Awak dapat diambil benang merah bahwa acara ini seperti mengandung unsur  kepentingan
sebuah kelompok dibalik kata-kata Karni Ilyas, sang pembawa acara dari Indonesia Lawyers Club tersebut. Inilah yang menjadikan acara ini kurang berimbang dan dapat menyebabkan masyarakat menjadi terpecah belah dengan adanya penanaman persepsi yang tidak sehat dari media tersebut. Ini dikarenakan acara Indonesia Lawyers Club ditayangkan di media massa besar. Jika topik yang diangkat terus-menerus memojokkan pemerintah atau seseorang, itulah yang sangat berpotensi mengganggu stabilitas ketahanan nasional dengan perubahan persepsi masyarakat terhadap suatu masalah tersebut.
Media seharusnya dapat bersifat netral dalam penyampaian dan penyajian suatu masalah. Bukan dengan cara memihak salah satu kubu yang dirasa menguntungkan. Jika media sudah netral dan pembicara juga tidak kebablasan, maka hal yang ditakuti tidak besar kemungkinan yang akan terjadi seperti adanya ketidakstabilan ketahanan nasional.
Karni Ilyas seharusnya dapat memilah mana komentar yang berhubungan dengan konteks pembicaraan dan mana yang berada di luar konteks. Mana yang memihak, menyindir dan lain sebagainya. Ini didasarkan dengan Karni Ilyas yang memiliki peran sebagai pembawa acara yang seharusnya juga menjadi pengendali acara secara netral, tanpa peduli siapa yang benar dan salah, siapa yang menang dan siapa yang kalah. Karena acara Indonesia Lawyers Club ini bukan sebuah kompetisi untuk merebutkan piala kemenangan pendapat, melainkan sebuah wadah penyelesaian masalah bangsa Indonesia yang disaksikan jutaan penonton diseluruh penjuru Indonesia. Pada nyatanya , ILC tidak memberikan solusi, melainkan hanya menjadi petugas yang seakan-akan memojokkan pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar