Perempuan dan Skandalnya
Pintar,
cantik, anggun dan bersahaja, itulah yang terpancar dari raut wajah perempuan-perempuan yang ada diatas, sosok perempuan dengan citra keibuan
yang kental terpancar jelas dari
wajah mereka. Kita pasti tidak asing lagi
dengan perempuan cantik tersebut, perempuan yang selama beberapa bulan belakangan selalu menjadi
pemberitaan di media massa.
Angelina
Sondakh, Mindo Rosalina Manulang, Nunun Nurbaeti, dan Miranda Goeltom. Perempuuan tersebut mempunyai satu
kesamaan, yaitu sama-sama tersandung masalah korupsi, Cuma dana yang di
Korupsinya saja yang berbeda. Angelina Sondakh dan Mindo Rosalina Manulang yang
sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi wisma atlet di Palembang. Sedangkan Nunun Nurbaeti dan
Mirannda Goeltom tersandung kasus
pemberian cek pelawat bagi anggota DPR periode 1999-2004 dalam pemilihan
gubernur Bank Indonesia.
Perempuann
yang biasanya identik dengan sikap santun, lembut dan minus tindakan kejahatan.
Namun sekarang kita dapat melihat tingkah laku perempuan yang tidak
mencerminkan sikap keperempuanannya. Kasus korupsi yang biasanya dilakukan oleh
laki-laki ternyata juga banyak dilakukan oleh kaum perempuan.
Keterlibatan
perempuan dalam tindakan korupsi menimbulkan pencitraan yang buruk terhadap
perempuan itu sendiri. Efek terhadap perempuan yang korupsi jauh lebih buruk
jika dibandingkan dengan pelaku korupsi laki-laki. Masyarakat akan memandang
buruk tingkah laku perempuan tersebut, pada negara saja dia bisa berkhianat,
bagaimana dengan kehidupan keluarganya?.Dalam keluarga, ibu adalah orang
mempunyai peranan penting dalam
membentuk karakter sang anak. Jika didikan yang diterima salah, maka akan
berdampak pada prilaku kedepannya.
Gaya
hidup seorang perempuan biasanya jauh lebih mewah jika dibandingkan dengan
laki-laki. Sifat konsumenrisme perempuann sering menjadi penyebab perempuan itu
melakukan berbagai macam cara bahkan membujuk dan mempengaruhi anggota keluarga
yang lain demi terpenuhinya hasrat untuk memenuhi kebutuhan perempuan.
Perempuan
yang selama ini sering di identikkan dengan sosok yang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa,
namun pada saat sekarang ini justru terlihat sangar dengan berbagai tingkah
lakunya. Emansipasi yang selama ini menjadi dasar bagi kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan
sepertinya tidak dipahami dengan benar.
Lalu,
apakah seperti itu cita-cita emansipasi yang diharapkah oleh R.A Kartini,
perempuan itu seharusnya bisa menjadi penyejuk didalam keluarga dan bisa mengingatkan
jika ada anggota keluarga yang salah dalam melangkah. Semoga ini tidak menjadi
inspirasi bagi pembaca melakukan tindakan di luar kewajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar