Count visitor

Rabu, 25 April 2012

oleh : MELISA HARNIATI (FIB)


Perempuan dan  Skandalnya


Pintar, cantik, anggun dan bersahaja, itulah yang terpancar dari raut wajah  perempuan-perempuan yang ada  diatas, sosok perempuan dengan citra keibuan yang kental  terpancar jelas dari wajah  mereka. Kita pasti tidak asing lagi dengan perempuan cantik tersebut, perempuan yang selama  beberapa bulan belakangan selalu menjadi pemberitaan di media massa.
Angelina Sondakh, Mindo Rosalina Manulang, Nunun Nurbaeti, dan Miranda  Goeltom. Perempuuan tersebut mempunyai satu kesamaan, yaitu sama-sama tersandung masalah korupsi, Cuma dana yang di Korupsinya saja yang berbeda. Angelina Sondakh dan Mindo Rosalina Manulang yang sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi wisma atlet di  Palembang. Sedangkan Nunun Nurbaeti dan Mirannda  Goeltom tersandung kasus pemberian cek pelawat bagi anggota DPR periode 1999-2004 dalam pemilihan gubernur Bank Indonesia.
Perempuann yang biasanya identik dengan sikap santun, lembut dan minus tindakan kejahatan. Namun sekarang kita dapat melihat tingkah laku perempuan yang tidak mencerminkan sikap keperempuanannya. Kasus korupsi yang biasanya dilakukan oleh laki-laki ternyata juga banyak dilakukan oleh kaum perempuan.
Keterlibatan perempuan dalam tindakan korupsi menimbulkan pencitraan yang buruk terhadap perempuan itu sendiri. Efek terhadap perempuan yang korupsi jauh lebih buruk jika dibandingkan dengan pelaku korupsi laki-laki. Masyarakat akan memandang buruk tingkah laku perempuan tersebut, pada negara saja dia bisa berkhianat, bagaimana dengan kehidupan keluarganya?.Dalam keluarga, ibu adalah orang mempunyai peranan penting  dalam membentuk karakter sang anak. Jika didikan yang diterima salah, maka akan berdampak pada prilaku kedepannya.
Gaya hidup seorang perempuan biasanya jauh lebih mewah jika dibandingkan dengan laki-laki. Sifat konsumenrisme perempuann sering menjadi penyebab perempuan itu melakukan berbagai macam cara bahkan membujuk dan mempengaruhi anggota keluarga yang lain demi terpenuhinya hasrat untuk memenuhi kebutuhan perempuan.
Perempuan yang selama ini sering di identikkan dengan sosok  yang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa, namun pada saat sekarang ini justru terlihat sangar dengan berbagai tingkah lakunya. Emansipasi yang selama ini menjadi dasar bagi kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan sepertinya tidak dipahami dengan benar.
Lalu, apakah seperti itu cita-cita emansipasi yang diharapkah oleh R.A Kartini, perempuan itu seharusnya bisa menjadi penyejuk didalam keluarga dan bisa mengingatkan jika ada anggota keluarga yang salah dalam melangkah. Semoga ini tidak menjadi inspirasi bagi pembaca melakukan tindakan di luar kewajaran.                                                    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar