Sahabat
Edan
“Hahahahahaha...!!!!! “Aku jadi orang kaya
cuy...!!!” Setelah terdengar suara itu, suasana kembali hening.”Dasar Sarap nih
orang, tak tahu apa ini jam berapa ?” aku
kaget seperempat hidup mendengar suaranya yang cempreng serak-serak becek itu. Seperti
biasa teman satu kosku ini bernama Bejo.
Ia mempunyai kebiasaan menggigau yang super ganggu. Pernah suatu kali dia
menggigau sambil menyanyikan lagu “naik-naik kereta api tut-tut-tut” dengan
suara seperti mahasiswa yang mendemo di depan kantor wakil rakyat. Kontan
tetangga sebelah ngamuk-ngamuk padaku yang sudah standby di depan pintu, karna sudah menyadari akan terjadi hal
seperti ini.
Kami
berdua bisa dikatakan bersahabat. Awalnya kami tidak saling mengenal satu sama
lain,namuh saat itu kami dipertemukan di tempat kos-kosan dekat kampus kami di
Kota Jakarta dan merupakan kampus yang tidak begitu ternama di daerah tersebut.
Aku sendiri bernama Ijon. Aku berasal dari kampung di wilayah Jawa, berbeda
dengan Bejo, ia berasal dari suatu desa di wilayah Jawa. Lho apa bedanya ??
Hari
ini cukup melelahkan. Masuk kuliah jam 8.00 pagi sampai jam 17.00 sore lewat sedikit.
Ini dikarenakan semalam aku membuat
artikel-artikel tentang politik di negeri yang sungguh membosankan ini. Ditambah
lagi dengan dengkuran dan gigauan si
Bejo. Dan anehnya, memang kita berbeda jurusan di kampus, namun tak
pernah sekalipun aku melihat dia menyelesaikan tugas-tugas kampusnya di kos. Enak
kalilah ini manusia, pikirku.
Walaupun
kami bersahabat, namun kami mempunyai hobi yang berbeda. Si Bejo hobi sekali
browsing. Dari zamannya friendster, facebook, twitter dan banyak lainnya yang tak
kuketahui. Ia pasti mempunyai akunnya, tak seperti orang-orang pada umumnya. Ia
mempunyai akun yang banyak sekali, alhasil saking banyaknya ia bahkan hanya
ingat satu akun saja. Berbeda denganku. Aku suka sekali menulis Cerpen, Puisi, Artikel
dan tentunya aku juga sering mengirimkan tulisan-tulisan beautifull ku ke media-media cetak yang cukup ternama di daerah
itu. Yah seperti biasa dari hasil kerja kerasku tak satupun yang diterima. Miris
sekali tapi itulah adanya. Sungguh menyedihkan.
Hari demi hari. Aku yang sudah beberapa tahun
belakangan ini hidup ngejomblo, mulai tertarik pada seorang cewek yang bekerja
di toko‘Beras Madu’yang menjual barang-barang sembako. Awalnya aku berniat
ngutang pada Pak Bokir pemilik toko itu. Namun ada sesuatu yang lain disana, aku
melihat sesosok gadis cantik berambut panjang berkulit putih yang menjaga toko
tersebut. Niat ngutangku hilang berganti ingin membeli permen karet. “Apeslah, gak
makan lagi hari ini,gara-gara gengsi sama tuh cewek.”
Mulai dengan seringnya aku jajan permen karet
disana, akupun berkenalan dengannya, namanya Ika. Ika baru lulus dari SMA dan
ingin mengadu nasib di Jakarta. Dengan kata-kata super manisku akhirnya aku
berhasil mengajaknya jalan-jalan pada malam minggu kali ini. Malam itu aku
memakai baju kemeja putih dan celana jins hitam, persis seperti mahasiswa pergi
ujian. Dengan meminjam parfum si Bejo dan sepatu kulit hitam miliknya
(sebenarnya aku heran sejak kapan si Bejo punya sepatu kulit) dan bersiap akan
menemui Ika. Sebelum aku pergi si Bejo sempat berkata padaku. Ia ingin
membicarakan suatu hal yang penting, namun waktu sudah menyudutkanku untuk
beranjak dan pergi menemui Ika, tanpa menghiraukan kata-katanya yang berlalu
meninggalkanku ke kamar mandi.
Hatiku benar-benar terisi saat itu, setelah
kembali dari jalan-jalan bersama Ika. Dan tanpa kusadari, Bejo sudah tidak ada
di kos. Sudah kucari-cari dimana-mana tetapi tetap juga tidak ketemu. Dari
kolong tempat tidur sampai di dalam lemari pakaianpun tak luput dari pencarianku.
Bejo menghilang...!!! Dimana kau Bejo ???
Seminggu setelah kehilangan Bejo, akupun
terpukul. Tak ada lagi yang menggigau di tengah malam, tak ada lagi yang bisa
kusuruh ngutang nasi uduk di warteg Mbak Darmi, tak ada lagi yang bisa kusuruh
ngangkut air dari sumur belakang kos. Bejo sungguh menghilang sebelum aku
mendapatkan kabar dari Bang Tarno, tukang sate langganannya. Seminggu yang lalu
Bejo menemui Bang Tarno untuk meminjam uang guna ongkos mudik ke desanya. Konon
dikabarkan Bapaknya si Bejo sakit keras. Aku yang mendengar cerita itu langsung
terhenyak, terpaku, tatkala diriku teringat saat Bejo ingin mengatakan suatu
hal yang penting padaku disat malam minggu yang pada malam itu aku pergi
bersama Ika. Aku mengerti, dia pasti ingin meminjam uang padaku. Maklumlah itu
anak belakangan ini kere sangat. Walaupun sama denganku,namun levelku lebih
diatasnya dalam artian aku kere level 8 sedang dia kere level 9. Setidaknya aku masih punya pecahan-pecahan
seribu sedangkan dia cuma punya recehan.
Esok paginya aku memutuskan akan berangkat ke
desanya untuk menemuinya. Demi solidaritas sebagai sahabat dan dengan data yang
kudapatkan dari akun facebooknya yang memang benar-benar lebay sangat, sampai ditulis pula alamat lengkap desanya, dari RT, RW
dan Kelurahan yang tersusun rapi di akunnya tersebut. Setelah menempuh
perjalanan dengan waktu kurang lebih tiga jam dengan Bis antar kota. Akhirnya
aku sampai di desanya. Walaupun butuh pengorbanan. Dari jalan yang bisa
dibilang curam berbatu dan meliuk-liuk, sampai ibu-ibu yang jualan makanan serba
ada yang sudah hampir sama seperti sales
tradisional saja. Ditambah lagi
disebelahku duduk seorang ibu yang
kutaksir berumur empat puluh tahun lebih sedang memangku anaknya yang kira-kira
masih berumur tiga tahun. Keselnya lagi itu anak setiap melihat ke arahku, mukanya
sudah seperti mau nangis saja,berkali-kali dan akhirnya keluarlah suara indah
dari mulut bocah tersebut. Busyet, Salahku apa ?
Setelah tanya sana tanya sini akhirnya aku
menemukan rumahnya si Bejo, saat ditemui dirumahnya, dia tidak ada dirumah. Kata
Ibunya, si Bejo sedang kerja di sawah menggantikan tugas Bapaknya yang sedang
sakit. Akupun menyusul kesana dan tampak samar-samar dari kejauhan sosok si
Bejo sedang bersandar membelakangiku di tempat peristirahatan yang terbuat dari
anyaman bambu. Aku seraya menghampirinya dan memanggil namanya “Jo..Bejo.. ini
aku Ijon “ namun ia tak bergeming dari tempat ia bersandar. Aku berfikir ia
pasti masih marah padaku.Tanpa basa-basi aku langsung meminta maaf padanya
setelah mengetahui kejadian yang sebenarnya. Lalu lima detik kemudian ia
berbicara “Oh jadi itu maksud kedatanganmu kemari ? Kalau begitu akan kuturuti
keinginanmu, tapi dengan satu syarat. Kau harus menggarap sawahku yang tinggal
setengah ini...!!! Akupun mengiyakan dan akhirnya kuselesaikan berkat
pengalaman di kampungku dulu. Setelah itu aku menemui Bejo. Astaga si Bejo
matanya sudah terpejam dan mulutnya mengeluarkan suara dengkuran ciri khasnya. Bah
berarti dari tadi kau menggigau ?? Kurang ajar kau Bejo....!!!!!!!
By
: Fikri Azardy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar