Count visitor

Sabtu, 21 April 2012

CERPEN


                                                                Sahabat Edan 

“Hahahahahaha...!!!!! “Aku jadi orang kaya cuy...!!!” Setelah terdengar suara itu, suasana kembali hening.”Dasar Sarap nih orang, tak tahu apa ini  jam berapa ?” aku kaget seperempat hidup mendengar suaranya yang cempreng serak-serak becek itu. Seperti biasa teman satu kosku  ini bernama Bejo. Ia mempunyai kebiasaan menggigau yang super ganggu. Pernah suatu kali dia menggigau sambil menyanyikan lagu “naik-naik kereta api tut-tut-tut” dengan suara seperti mahasiswa yang mendemo di depan kantor wakil rakyat. Kontan tetangga sebelah ngamuk-ngamuk padaku yang sudah standby di depan pintu, karna sudah menyadari akan terjadi hal seperti ini.

            Kami berdua bisa dikatakan bersahabat. Awalnya kami tidak saling mengenal satu sama lain,namuh saat itu kami dipertemukan di tempat kos-kosan dekat kampus kami di Kota Jakarta dan merupakan kampus yang tidak begitu ternama di daerah tersebut. Aku sendiri bernama Ijon. Aku berasal dari kampung di wilayah Jawa, berbeda dengan Bejo, ia berasal dari suatu desa di wilayah Jawa. Lho apa bedanya ??

            Hari ini cukup melelahkan. Masuk kuliah jam 8.00 pagi sampai jam 17.00 sore lewat sedikit. Ini dikarenakan semalam aku  membuat artikel-artikel tentang politik di negeri yang sungguh membosankan ini. Ditambah lagi dengan dengkuran dan gigauan si  Bejo. Dan anehnya, memang kita berbeda jurusan di kampus, namun tak pernah sekalipun aku melihat dia menyelesaikan tugas-tugas kampusnya di kos. Enak kalilah ini manusia, pikirku.

            Walaupun kami bersahabat, namun kami mempunyai hobi yang berbeda. Si Bejo hobi sekali browsing. Dari zamannya friendster, facebook, twitter dan banyak lainnya yang tak kuketahui. Ia pasti mempunyai akunnya, tak seperti orang-orang pada umumnya. Ia mempunyai akun yang banyak sekali, alhasil saking banyaknya ia bahkan hanya ingat satu akun saja. Berbeda denganku. Aku suka sekali menulis Cerpen, Puisi, Artikel dan tentunya aku juga sering mengirimkan tulisan-tulisan beautifull ku ke media-media cetak yang cukup ternama di daerah itu. Yah seperti biasa dari hasil kerja kerasku tak satupun yang diterima. Miris sekali tapi itulah adanya. Sungguh menyedihkan.

Hari demi hari. Aku yang sudah beberapa tahun belakangan ini hidup ngejomblo, mulai tertarik pada seorang cewek yang bekerja di toko‘Beras Madu’yang menjual barang-barang sembako. Awalnya aku berniat ngutang pada Pak Bokir pemilik toko itu. Namun ada sesuatu yang lain disana, aku melihat sesosok gadis cantik berambut panjang berkulit putih yang menjaga toko tersebut. Niat ngutangku hilang berganti ingin membeli permen karet. “Apeslah, gak makan lagi hari ini,gara-gara gengsi sama tuh cewek.”

Mulai dengan seringnya aku jajan permen karet disana, akupun berkenalan dengannya, namanya Ika. Ika baru lulus dari SMA dan ingin mengadu nasib di Jakarta. Dengan kata-kata super manisku akhirnya aku berhasil mengajaknya jalan-jalan pada malam minggu kali ini. Malam itu aku memakai baju kemeja putih dan celana jins hitam, persis seperti mahasiswa pergi ujian. Dengan meminjam parfum si Bejo dan sepatu kulit hitam miliknya (sebenarnya aku heran sejak kapan si Bejo punya sepatu kulit) dan bersiap akan menemui Ika. Sebelum aku pergi si Bejo sempat berkata padaku. Ia ingin membicarakan suatu hal yang penting, namun waktu sudah menyudutkanku untuk beranjak dan pergi menemui Ika, tanpa menghiraukan kata-katanya yang berlalu meninggalkanku ke kamar mandi.

Hatiku benar-benar terisi saat itu, setelah kembali dari jalan-jalan bersama Ika. Dan tanpa kusadari, Bejo sudah tidak ada di kos. Sudah kucari-cari dimana-mana tetapi tetap juga tidak ketemu. Dari kolong tempat tidur sampai di dalam lemari pakaianpun tak luput dari pencarianku. Bejo menghilang...!!! Dimana kau Bejo ???
Seminggu setelah kehilangan Bejo, akupun terpukul. Tak ada lagi yang menggigau di tengah malam, tak ada lagi yang bisa kusuruh ngutang nasi uduk di warteg Mbak Darmi, tak ada lagi yang bisa kusuruh ngangkut air dari sumur belakang kos. Bejo sungguh menghilang sebelum aku mendapatkan kabar dari Bang Tarno, tukang sate langganannya. Seminggu yang lalu Bejo menemui Bang Tarno untuk meminjam uang guna ongkos mudik ke desanya. Konon dikabarkan Bapaknya si Bejo sakit keras. Aku yang mendengar cerita itu langsung terhenyak, terpaku, tatkala diriku teringat saat Bejo ingin mengatakan suatu hal yang penting padaku disat malam minggu yang pada malam itu aku pergi bersama Ika. Aku mengerti, dia pasti ingin meminjam uang padaku. Maklumlah itu anak belakangan ini kere sangat. Walaupun sama denganku,namun levelku lebih diatasnya dalam artian aku kere level 8 sedang dia kere level  9. Setidaknya aku masih punya pecahan-pecahan seribu sedangkan dia cuma punya recehan.

Esok paginya aku memutuskan akan berangkat ke desanya untuk menemuinya. Demi solidaritas sebagai sahabat dan dengan data yang kudapatkan dari akun facebooknya yang memang benar-benar lebay sangat, sampai ditulis pula alamat lengkap desanya, dari RT, RW dan Kelurahan yang tersusun rapi di akunnya tersebut. Setelah menempuh perjalanan dengan waktu kurang lebih tiga jam dengan Bis antar kota. Akhirnya aku sampai di desanya. Walaupun butuh pengorbanan. Dari jalan yang bisa dibilang curam berbatu dan meliuk-liuk, sampai ibu-ibu yang jualan makanan serba ada yang sudah hampir sama seperti sales tradisional  saja. Ditambah lagi disebelahku duduk seorang  ibu yang kutaksir berumur empat puluh tahun lebih sedang memangku anaknya yang kira-kira masih berumur tiga tahun. Keselnya lagi itu anak setiap melihat ke arahku, mukanya sudah seperti mau nangis saja,berkali-kali dan akhirnya keluarlah suara indah dari mulut bocah tersebut. Busyet, Salahku apa ?
Setelah tanya sana tanya sini akhirnya aku menemukan rumahnya si Bejo, saat ditemui dirumahnya, dia tidak ada dirumah. Kata Ibunya, si Bejo sedang kerja di sawah menggantikan tugas Bapaknya yang sedang sakit. Akupun menyusul kesana dan tampak samar-samar dari kejauhan sosok si Bejo sedang bersandar membelakangiku di tempat peristirahatan yang terbuat dari anyaman bambu. Aku seraya menghampirinya dan memanggil namanya “Jo..Bejo.. ini aku Ijon “ namun ia tak bergeming dari tempat ia bersandar. Aku berfikir ia pasti masih marah padaku.Tanpa basa-basi aku langsung meminta maaf padanya setelah mengetahui kejadian yang sebenarnya. Lalu lima detik kemudian ia berbicara “Oh jadi itu maksud kedatanganmu kemari ? Kalau begitu akan kuturuti keinginanmu, tapi dengan satu syarat. Kau harus menggarap sawahku yang tinggal setengah ini...!!! Akupun mengiyakan dan akhirnya kuselesaikan berkat pengalaman di kampungku dulu. Setelah itu aku menemui Bejo. Astaga si Bejo matanya sudah terpejam dan mulutnya mengeluarkan suara dengkuran ciri khasnya. Bah berarti dari tadi kau menggigau ?? Kurang ajar kau Bejo....!!!!!!!





                                                                                                                          By : Fikri Azardy




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar