Count visitor

Minggu, 15 April 2012

Cerpen Landa Air Derita


Landa Air Derita
Landa, gadis mungil yang ditinggalkan Ayahnya karena air itu. Sewaktu Landa masih berumur 8 tahun, Ayahnya hanyut dibawa arus sungai padahal keluarganya adalah keluarga yang bahagia, hidup dengan serba mewah kasih sayang yang melimpah apalagi Landa adalah anak tertua yang sangat dimanja oleh Ayahnya. Landa mempunyai dua orang adik, yang bernama Vanka dan Rana.
          Landa adalah gadis yang beruntung, hidup layak dan penuh kasih sayang tetapi semenjak Ayahnya meninggal kehidupanya menjadi berubah. Kemanjaan yang selalu ada ditiap waktu bagai mawar dipancarkan sinar matahari yang membuat dia mekar dan berseri tetapi sekarang tidak, Landa harus bisa hidup baru walaupun jauh berbeda. Lain lagi dengan Vanka, raut wajah yang manis membuat orang terteguk akan belas kasihan untuknya, rambut keritingnya menambah ayu wajah kecilnya. Sedangkan Rana, anak kecil yang baru berumur 2 tahun, belum mengerti akan sosok Ayahnya yang sudah pergi untuk selama-lamanya, tidak seperti Vanka dan Landa yang sangat trauma dengan kehilangan mahkota hati untuk  kebahagiaannya.
          Sore itu hujan selalu mengguyur desa dijalan lintas itu. Hujan seakan selalu menitikkan air mata seperti keluarga Landa. Bahkan beberapa kali Ibunda Landa jatuh pingsan. Landa mendengar bahwa Ayahnya lenyap dibawa arus air sungai karena telah menolong orang lain tetapi belum tentu apakah bisa selamat atau akan lenyap. Ibunda Landa tergolek lemah ditengah kerumunan keluarga dan tetangga yang ikut berduka cita atas musibah itu. Sekarang penantian, penantian bagi  Ibunda Landa menunggu sosok laki-laki yang sangat dia cintai dengan harapan pangerannya akan datang menghirup udara maha pencipta ini ataukah sosok laki-laki yang selama ini menjadi raja dihatinya akan tergolek ditengah kerumunan orang dan kaku.
Landa menangis mengharapkan Ayahnya akan kembali bersamanya, tertawa, bercanda bahkan menunggu sosok orang yang membuat keluarganya berwarna. Vanka, terdiam, menangis tidak tahu apa yang harus ia lakukan yang dia inginkan Ayahnya selamat. Tetapi lain lagi dengan Rana, yang masih kecil yang senang melihat orang ramai tetapi belum tahu apa yang membuat orang-orang mendatangi rumahnya, terkadang perasaan  galau ibunya juga terbawa olehnya sehingga rengekan muncul dari mulutnya seakan menciptakan kesedihan yang tidak bisa diungkapkannya.
          Sewaktu hujan deras mengguyur desa dijalan lintas tersebut air sungai mengalir dengan deras dan keruh. Sore itu ayah Landa kembali dari kebunya dan hendak pulang ke rumah ingin bertemu cintanya, kasih sayangnya, belahan jiwanya serta kebahagiaanya di rumah tetapi allah berkata lain, sore itu tubuh yang menjadi kepala keluarga tersebut hanyut terseret air. Air, anugrah bagi kita semua tetapi kali ini tidak bagi Landa. Air menjadi perenggut cinta kasih mereka, air menjadi penghalang kebahagiaan yang telah didapatkannya. Air menjadi momok yang menakutkan dalam hidupnya. Airpun yang telah memuntahkan air matanya, air mata kedua adiknya, air mata ibundanya serta air mata seluruh keluarganya, para tetangganya dan semua orang yang mendatangi rumahnya.
          Sekarang resmilah Landa beserta kedua adiknya menjadi anak piatu, Ibunya menjadi janda. Landa berusaha keras menjalani hidupnya hingga sekarang dia masuk SMP. Landa tinggal ditempat keluarga Ibundanya, hidup dengan disiplin yang keras dan harus bersikap mandiri membuat bimbang Landa, anak yang dulunya manja yang baru beranjak dewasa sekarang harus mandiri dan harus tegar dalam menghadapi cobaan hidupnya, sungguh malang nasib Landa yang hanya bisa diteguknya walaupun terkadang air mata juga menghampiri pipi mulusnya.
          Landa adalah harapan bagi ibundanya, harapan juga bagi kedua  adik-adiknya. Sewaktu almarhum ayah Landa masih hidup, Landa bercita-cita ingin menjadi Polwan. Polwan, seorang perempuan tegar dan kuat serta tabah dan tangguh. Itulah sosok yang diimpikan Landa beserta almarhum ayahnya. Sekarang, sosok Polwan itu tidak lagi ada pada Landa. Landa sekarang telah layu, anak yang dulunya cerdas sekarang nilanya hanya rata-rata. Kebahagiaan yang telah pergi membuat semangat dan cita-cita Landa luntur dengan sendirinya, sungguh malang nasib Landa.
          Lain lagi dengan Vanka, kelembutan dan ketabahan yang ada pada dirinya membuat orang lain selalu menangis melihat dirinya. Wajahnya yang ayu dan kulit hitam manis menjadi alunan cinta bagi semua orang, termasuk Bundanya, adik dari ibundanya. Sedangkan Rana, adik bungsu Landa selalu membuat orang tertawa akan kepintaranya. Anak kecil yang putih, gemuk serta pintar berbicara membuat kasih sayang orang terurai untuknya sehingga dengan mudah orang lain memberikan uang kepada dia sebagai wujud kasih sayang dan menyayangi anak yatim sebagai pesan dari allah swt.
          Sekarang Landa telah lemah, dia menungggu nasib apakah keberuntungan atau penderitaan dihidup Landa. Begitu juga Ibunda Landa yang hanyut akan kesedihannya. Landa sangat terluka atas air yang mengalir di sungai itu, hari-harinya menjadi layu, kepolosannya membuat air matanya terkadang menetes dengan sendirinya. Air membuat Landa terluka, apakah Landa bersalah sehingga air merenggut nyawa ayahnya yang meninggalkannya diatas perut bumi ini yang membuat Landa terluka dan pincang dalam hari-harinya.
          Kelayuan telah menghampirinya, air mata juga telah menjadi teman pipinya, senyumnya menjadi hitam, bahagianya telah lari, belahan jiwanya telah pergi sekarang hidupnya menjadi ranting, tanpa akar untuk melahirkan daun.

By: Silvia Ningsih
       Fakultas Ilmu Budaya
      Universitas Andalas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar