Emansipasi.Kesetaraan.Suatu kata yang dulu sangat sulit direalisasikan untuk wanita.Wanita pada masa Kartini tidak boleh menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi.Peranannya hanya mengurusi rumah tangga.Wanita seolah menjadi boneka para pria.Dasar inilah yang membangkitkan semangat Kartini membawa kaumnya ke arah perubahan:Habis Gelap Terbitlah Terang.
Pada era globalisasi saat ini,kesetaran gender sudah menunjukan hasil yang cukup memuaskan.Orientasi eksistensi wanita tak lagi sekedar berpusat pada urusan pengaturan rumah tangga,namun prestasinya di dunia kerja turut memberikan sumbangsih bagi keuangan keluarga.Hal ini diakui oleh Israr Iskandar M.SI, dosen fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas. Menurut beliau, kedudukan wanita saat ini sudah mulai diperhitungkan.Wanita telah dipercaya menempati beberapa posisi penting misalnya mantan menteri keuangan Indonesia, Sri Mulyani yang kini menjabat sebagai Managing Director World Bank bahkan dalam parlemen pun di sediakan 30% kursi di DPR untuk para wanita.
“Wanita mempunyai kebutuhan sendiri yang tidak bisa dipahami oleh kaum laki-laki, segala urusan dalam rumah tangga hanya dapat dipahami oleh wanita.Harga barang kebutuhan pokok, mengatur keperluan rumah tangga, mendidik anak dan memahami kebutuhan anak hanya dapat dilakukan oleh wanita sehingga wakil wanita harus ada di DPR, disana mereka dapat memperjuangkan apa yang dibutuhkan, bukan kebutuhan pribadi, melainkan kebutuhan dalam rumah tangga karena kepentingan ibu adalah kepentingan keluarga” ujar Israr Iskandar ketika di temui di ruang kuliah gedung F setelah selesai memberikan materi perkuliahan.
Meskipun dewasa ini emansipasi telah tergenggam di dada para wanita,esensinya telah mengalami pergeseran makna.Pada satu sisi,wanita telah bebas mengembangkan potensi diri dari segi pendidikan dan kesempatan kerja,namun disisi lain hakiki wanita mulai tergerus oleh pemahaman emansipasi yang salah.
“Sebenarnya,emansipasi yang diperjuangkan Kartini dulu,hanya sebatas kesetaraan dalam memperoleh pendidikan dan mengemukakan pikiran.Namun,wanita zaman sekarang mulai melampaui batas emansipasi tersebut.Mereka ingin kesetaraan tanpa batas,padahal menurut saya tetap ada batasan antara pria dan wanita,misalnya dari segi kepemimpinan.Setinggi apapun jabatan wanita di luar rumah tangganya,dia tetap harus tunduk pada pria sebagai kepala keluarga ,”ujar Olfi Wulandari,mahasiswi Fakultas Farmasi Unand.
Disamping itu,menurut Minfadlya Pratiwi,mahasiswi Fakultas Farmasi Unand,wanita sekarang mulai jauh dari kodratnya.”Banyak wanita yang sukses berkarya di segala lini,namun tidak bisa memasak”,ujarnya.
Emansipasi telah memberi cahaya bagi kemajuan wanita.Namun,seyogyanya dalam berkarya, tiap wanita Indonesia tetap menghargai dan menjalankan kodratnya sebagai wanita dengan tetap menyadari batasan-batasan yang membedakan dirinya dengan pria.
-oleh: Suhelnida Eka Putri dan Melisa Harniati-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar