Bundo Kanduang di Minangkabau
Menurut sejarah nama Bundo
Kanduang , adalah panggilan untuk seorang raja perempuan di ranah Minangkabau
.Raja perempuan terakhir adalah Yang Dipertuan Dadis Reno Sumpu , menggantikan
mamaknya Yang Dipertuan Sultan Alam Bagagar Syah yang dibuang Belanda ke Betawi
tahun 1833. Sebelun ini juga ada raja perempuan seperti Yang Dipertuan Gadis
Reno Sari.Menurut pengertian Sosiologi , Bundo
Kanduang adalah panggilan bagi seorang perempuan Minang yang sudah
menikah, memiliki keturunan, perempuan tertua dalam satu kaum. Bundo artinya ibu , kanduang adalah
sejati. Bundo Kanduang adalah sosok ibu sejati
yang memiliki sifat keibuan dan memiliki jiwa kepemimpinan
tauladan.Menurut Adat Minangkabau, Bundo Kanduang adalah gelar penghormatan
yang diberikan kepada perempuan Minang yang telah tua.
Dari uaraian sebelumnya ,
dapat disimpulkan bahwa Bundo kanduang
merupakan figur ibu sejati yang sangat diharapkan dan sangat berperan dalam
kehidupan masyarakat Minangkabau.Tidak semua wanita atau semua ibu mempunyai
predikat Bundo Kanduang karena harus memiliki beberapa kriteria dan persyaratan
tertentu yang digariskan menurut Agama dan adat Minangkabau.
Seharusnya kaum ibu yang
disebut Bundo Kanduang sangat dihormati dan dimuliakan, karena kedudukan serta
perananyastatus dalam Humanioranya
Minangkabau sangat besar.Karena status
tersebut , Bundo Kanduang mempunyai batas – batas yang digariskan oleh adat
dalam berbuat, bertindak dan bertingkah laku.
Gambran Bundo Kanduang ini
diwujudkan pula dalam pakaian adat yang dipakai dalam upacara tertentu, yang
penuh dengan lambang dan makna.Sayang sekali jika hal ini tidak diketahui oleh
generasi muda, khususnya pendukung kehumanioraan Minangkabau yang bersangkutan
karena berarti tidak mengenal dan mencintai budaya nenek moyang.
Oleh : adrizal
Jurusan : Humaniora Minangkabau
Fakultas Ilmu Budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar