Count visitor

Senin, 21 Mei 2012


Bundo Kanduang  di Minangkabau
                     Menurut sejarah nama Bundo Kanduang , adalah panggilan untuk seorang raja perempuan di ranah Minangkabau .Raja perempuan terakhir adalah Yang Dipertuan Dadis Reno Sumpu , menggantikan mamaknya Yang Dipertuan Sultan Alam Bagagar Syah yang dibuang Belanda ke Betawi tahun 1833. Sebelun ini juga ada raja perempuan seperti Yang Dipertuan Gadis Reno Sari.Menurut pengertian Sosiologi , Bundo  Kanduang adalah panggilan bagi seorang perempuan Minang yang sudah menikah, memiliki keturunan, perempuan tertua dalam satu  kaum. Bundo artinya ibu , kanduang adalah sejati. Bundo Kanduang adalah sosok ibu sejati  yang memiliki sifat keibuan dan memiliki jiwa kepemimpinan tauladan.Menurut Adat Minangkabau, Bundo Kanduang adalah gelar penghormatan yang diberikan kepada perempuan Minang yang telah tua.
                     Dari uaraian sebelumnya , dapat disimpulkan bahwa  Bundo kanduang merupakan figur ibu sejati yang sangat diharapkan dan sangat berperan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.Tidak semua wanita atau semua ibu mempunyai predikat Bundo Kanduang karena harus memiliki beberapa kriteria dan persyaratan tertentu yang digariskan menurut Agama dan adat Minangkabau.
                     Seharusnya kaum ibu yang disebut Bundo Kanduang sangat dihormati dan dimuliakan, karena kedudukan serta perananyastatus  dalam Humanioranya Minangkabau sangat besar.Karena  status tersebut , Bundo Kanduang mempunyai batas – batas yang digariskan oleh adat dalam berbuat, bertindak dan bertingkah laku.
                     Gambran Bundo Kanduang ini diwujudkan pula dalam pakaian adat yang dipakai dalam upacara tertentu, yang penuh dengan lambang dan makna.Sayang sekali jika hal ini tidak diketahui oleh generasi muda, khususnya pendukung kehumanioraan Minangkabau yang bersangkutan karena berarti tidak mengenal dan mencintai budaya nenek moyang.

Oleh : adrizal
Jurusan : Humaniora Minangkabau
Fakultas Ilmu Budaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar