Oleh
: Nitri Asriani*
Mahasiswa
merupakan generasi muda bangsa yang membawa harapan baru dan semangat baru
untuk negara yang lebih baik kedepannya. Mahasiswa yang dipandang sebagai
akademisi dan seorang yang cerdas mengambil satu tempat dihati orang-orang
disekitarnya. Mahasiswa juga mampu memberi perubahan untuk kehidupan
dilingkungannya. Sebut saja saat semua mahasiswa bersatu untuk menurunkan
Presiden Soeharto dari kursi kekuasaannya. Mahasiswa memberi pengaruh besar
terhadap situasi dan kondisi negara ini. Lalu, apa jadinya jika mahasiswa
penerus bangsa ini saling pecah satu sama lain, bertindak anarkis dan penuh
kekerasan terhadap sesamanya. Mahasiswa bentrok bukanlah suatu hal yang asing
lagi terdengar saat ini. Bentrok mahasiswa yang biasa terjadi dibeberapa kota
besar Indonesia tak pernah luput dari perhatian media, baik itu media cetak
maupun media elektonik.
Baru
baru ini, polisi menangkap 15 tersangka yang terlibat dalam bentrok mahasiswa
di Makasar. Bentrok yang biasanya tak lepas dari tindakan anarkis itu memberi
sebuah rasa kecewa dihati masyarakat. Tak perlu jauh-jauh, contohnya saja bentrok
mahasiswa yang terjadi dilingkungan Universitas Andalas beberapa waktu lalu.
Bentrok yang terjadi antara mahasiswa Fisip dan Fakultas Peternakan menarik
perhatian dan simpati kita. Mahasiswa yang tinggal dalam lingkungan yang sama
bukankah seharusnya bahu-membahu dan bekerja sama demi kejayaan pendidikan
Universitas ini. Memang, perbedaan tak bisa dihapuskan. Namun, masih ada cara
yang lebih baik dibandingkan bentrok untuk menyelesaikan suatu masalah. Masalah
yang timbul harusnya diselesaikan dengan kepala dingin, sehingga manghasilkan
sebuah solusi yang berefek positif.
Bentrok
bukanlah jalan keluar dari suatu masalah. Sebagai seorang mahasiswa, tindakan
dan gerakannya dipandang sebagai hasil dari suatu bentuk ilmu pengetahuan dan
penalaran kecerdasan. Ia seharusnya memberi suatu contoh baik dan penopang dari
masyarakat yang minim akan pengetahuan.
Mahasiswa juga dipandang sebagai calon
pemimpin masa depan. Mahasiswa ini yang akan merangkul, mengayomi dan memberi
perhatian terhadap masyarakat yang seakan sudah lama terlupakan. Mahasiswa
jugalah yang akan menentukan nasib bangsa ini kedepannya. Jika sang pemimpin
masa depan ini terbiasa bertindak kekerasan, dan menyelesaikan suatu masalah
tanpa pertimbangan yang matang, akan jadi apa tanah air yang begitu kita cintai
ini. Dengan menimang dan memperhatikan akibat dari bentrok itu sendiri, semoga
mahasiswa bisa berfikir bahwa kekerasan bukanlah jalan terbaik untuk
penyelesaian suatu masalah.
* Mahasiswa Matematika Angkatan 2010
Fakultas MIPA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar