Count visitor

Selasa, 29 Mei 2012

Farmasis dan Komunikasi

     Peralihan pelayanan kefarmasian dari drug oriented menjadi patient oriented mulai menegaskan eksistensinya sejak diberlakukan Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Kini, farmasis dituntut mampu memberikan konsultasi obat kepada pasien sehingga proses pengobatan yang dilakukan berlangsung secara rasional, tepat, aman dan efektif. Regulasi ini juga bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi pasien yang menjalani terapi obat agar kesalahan dalam peresepan obat maupun penggunaan obat dapat diminimalisir. Namun, perubahan paradigma tentang seorang apoteker yang dulu hanya dikenal sebagai peracik obat “di belakang layar “ menjadi seorang konsultan terapi yang secara langsung bertatap muka dengan pasien masih sulit untuk diwujudkan.  Meskipun peraturan ini telah diberlakukan selama hampir 3 tahun, realisasi peran farmasis yang berorientasi pada pasien belum menunjukkan perkembangan yang signifikan.

         Pengubahan citra apoteker sebagai mitra dokter dapat  berlangsung lebih cepat bila para mahasiswa farmasi sejak dini telah dibekali kecakapan untuk berkomunikasi dengan baik. Pelatihan dan magang di apotek atau rumah sakit memiliki peluang yang cukup berprospek dalam mengembangkan keterampilan berbicara mahasiswa farmasi ,terutama sebagai media pengenalan lingkungan kesehatan yang nantinya akan dihadapi para mahasiswa tersebut setelah menyelesaikan pendidikannya. Bukan hanya mampu berkomunikasi dengan pasien ,tapi magang di apotek ini juga dapat menjadi sarana silaturahmi antar tenaga kesehatan sehingga dokter , apoteker , asisten apoteker , perawat serta praktisi kesehatan lain dapat saling bersinergi untuk memaksimalkan kerja sama demi mencapai peningkatan kualitas kesehatan.

     Kemampuan bersosialisasi dalam masyarakat juga dapat dilatih melalui keikutsertaan mahasiswa farmasi dalam organisasi kampus. Dalam organisasi,mahasiswa akan belajar untuk mendengarkan pendapat orang lain ,menyampaikan dan mempertahankan  aspirasi yang dimilikinya,serta manajemen konflik terhadap permasalahan yang muncul. Percuma saja bila seorang apoteker memiliki pengetahuan yang luas dalam pertimbangan pemilihan obat dengan efek samping seminimal mungkin atau memahami  mekanisme kerja obat dalam tubuh bila dirinya tidak mampu menyampaikan hal tersebut kepada pasien dan memastikan pasien paham dengan prosedur konsumsi obat yang benar.

         Ingat!Farmasis bertanggung jawab terhadap nyawa pasien. Oleh karena itu,calon farmasis harus memberdayakan kemampuan yang dimilikinya seoptimal mungkin dalam pelaksanaan terapi obat pada pasien sesuai amanah profesi yang akan diembannya.



-Suhelnida Eka Putri-
Fakultas Farmasi Unand

Menuju Kebangkitan Menulis

        Organisasi Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 dianggap mampu mencitrakan kebangkitan pergerakan pemuda pada masa penjajahan sehingga hari berdiri organisasi tersebut ditandai sebagai titik balik kebangkitan pemuda. Harapan agar seluruh pemuda Indonesia bangkit secara nasional di segala lini kehidupan dengan meneladani keberhasilan pergerakan pemuda dalam kelompok ini merupakan salah satu alasan diperingatinya tanggal 20 Mei sebagai momentum kebangkitan nasional,meskipun sebenarnya Budi Utomo bukanlah satu-satunya organisasi pemuda saat itu.

        Hari Kebangkitan Nasional biasanya diperingati dalam bentuk upacara bendera.Struktural upacara bendera ini pasti telah akrab bagi masyarakat,terutama kalangan akademis dan pemerintahan. Namun,makna kebangkitan nasional tampaknya belum dipahami sebagian besar pemuda Indonesia.Esensi kebangkitan yang dimaksudkan seolah masih kabur. Hal ini terlihat dari stagnansi perkembangan eksistensi pemuda,terutama dalam hal menulis.

        Menulis belum menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia.Masih sedikit dosen atau guru yang membuat sendiri buku-buku referensi untuk mengajar.  Demikian pula mahasiswa.Secara universal,publikasi karya tulis ilmiah mahasiswa Indonesia masih sangat sedikit dibandingkan dengan negara Singapura. Indonesia saat ini baru berhasil mempublikasikan sekitar 20 ribu tulisan sedangkan Singapura telah mampu menghasilkan sekitar 108 ribu karya.  Padahal,jumlah penduduk Indonesia berkali-kali lipat jumlah penduduk Singapura.
Universitas Andalas ( Unand ) sebagai salah satu kampus terbaik di Asia Tenggara yang telah berdiri sejak tahun 1948 dan mengusung berbagai program menuju World Class University ternyata juga memiliki masalah dalam memepersuasikan peningkatan aktivitas menulis bagi mahasiswanya. Jika diperhatikan dari jumlah proposal Program Kreativitas Mahasiswa yang diikutsertakan pada seleksi DIKTI,Unand mengalami penurunan.Misalnya tahun 2008 lalu,ada 97 proposal yang diajukan,namun turun menjadi 43 proposal pada tahun 2009. Kuliah umum kewirausahaan yang digagas sejak tahun 2007 dan telah  secara rutin diadakan tiap Jumat siang di Pusat Kegiatan Mahasiswa ternyata belum bisa meningkatkan minat menulis terutama proposal kewirausahaan.

          Mirisnya,keaktifan menulis mahasiswa Unand ternyata kalah bila dibandingkan universitas atau sekolah tinggi swasta yang baru berdiri seumur jagung. Sebab rendahnya produktivitas tulisan mahasiswa ini patut dikaji.Salah satu penyebabnya mungkin dikarenakan kurangnya informasi mengenai lomba menulis yang diketahui mahasiswa. Selain itu,kreativitas mahasiswa belum terlatih dan terarah sehingga masih sulit untuk mengembangkan ide menulis. Pembentukan kelompok diskusi dan peningkatan kuantitas membaca dapat memperkaya khazanah wawasan mahasiswa dan membantu menggali tulisan menjadi lebih sarat  informasi dan berkualitas serta  melatih kepekaannya terhadap kondisi lingkungan terkini. Diskusi juga dapat melatih mahasiswa untuk berbicara dan berpikir kritis melalui pengolahan dan pengembangan berbagai opini selama diskusi dalam memecahkan suatu persoalan secara efisien.

          Hal paling penting adalah kesadaran dari diri mahasiswa itu sendiri untuk menunjukkan potensi dan eksistensinya sebagai pelajar pada tingkatan paling tinggi bahwa dia adalah “maha” siswa .Tentunya sebagai “mahasiswa”,dari segi belajar dan berkarya,tuntutan untuk memberikan kreasi dan inovasi menjadi lebih besar dibandingkan para pelajar  sekolah menengah.Publikasi tulisan juga dapat menjadi cara penyampaian aspirasi dan bukti bahwa mahasiswa mengikuti perkembangan terkini negaranya. ”Mahasiswa” juga seharusnya dapat memanfaatkaan sarana dan prasarana yang ada seoptimal mungkin  sehingga Tri Dharma Perguruan Tinggi dapat terealisasi dengan baik.

-Suhelnida Eka Putri-
Fakultas Farmasi Unand

oleh : MELISA HARNIATI (FIB)


Konser Tidak Cemari Budaya
Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak kebudayaan, norma dan adat-istiadat yang terdapat disetiap daerah. Kebudayaan, norma dan adat istiadat selalu dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Namun pada saat sekarang ini, pengaruh kebudayaan barat yang sudah mendunia mulai mempengaruhi masyarakat, termasuk masyarakat Indonesia. Pengaruh tersebut biasanya didapat dari berbagai media, terutama media online. Untuk menyelamatkan kebudayaan Indonesia dari berbagai pengaruh buruk itulah, maka tidak semua artis luar negeri yang dapat menyelenggarakan konser di Indonesia.
Sebagai contoh, konser lady Gaga yang akan diselenggarakan pada tanggal 3 Juni 2012 mendatang terancam batal, hal ini di karenakan pihak kepolisian tidak memberikan izin promotor musik untuk menyelenggarakan konser penyanyi yang mendapat julukan ‘mother monster’ tersebut. Izin konser tidak diberikan karena adanya desakan dari berbagai pihak, terutama organisasi agama yang berpendapat bahwa Lady Gaga merupakan artis yang tidak pantas konser di Indonesia karena penampilannya yang selalu mengundang kontroversi.
Lady Gaga yang bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta merupakan artis yang tidak pernah sepi dari pemberitaan buruk baik dari busana,  lirik lagu, maupun kehidupan sehari-harinya yang selalu mengundang kontroversi. Lady Gaga pernah menggunakan baju yang terbuat dari daging asli dan dikecam oleh berbagai kalangan, terutama para pencinta hewan, bahkan disetiap penampilannya, ia selalu menggunakan busana yang aneh. Lirik lagu Lady Gaga juga dikatakan menghina kelompok agama tertentu dan sering dicekal peredaran lagunya dibeberapa nagara, dalam kehidupan pribadipun, Lady Gaga juga dikatakan sebagai seorang biseksual.
Banyaknya skandal yang diciptakan Lady Gaga membuat pihak kepolisian, majelis ulama dan beberapa ormas agama bersama-sama menentang kedatangan Lady Gaga. Mereka khawatir akan terpengaruhnya masyarakat Indonesia kalau Lady Gaga jadi tampil di panggung Indonesia. Lalu, bagaimana dengan penonton yang sudah mengeluarkan sejumlah uang yang tidak sedikit untuk membeli tiket konser tersebut? Tentunya mereka  akan sangat kecewa karena  sudah bersusah payah untuk bisa mendapatkan tiket, namun tidak ada kepastian apakah konser tersebut jadi diselenggarakan atau tidak.
 Pengaruh buruk yang ditakutkan oleh berbagai pihak karena kedatangan lady Gaga ke Indonesia sepertinya terlalu berlebihan. Rusaknya moral ataupun kebudayaan sebenarnya tergantung pada pribadi masing-masing, karena yang menjalankannya adalah orang itu sendiri. kebudayaan tidak akan rusak hanya karena konser artis luar negeri yang hanya berlangsung beberapa jam saja. Kebudayaan dan moral hakekatnya tertanam pada diri setiap orang. Tidak semudah itu kebudayaan dan moral bangsa rusak hanya karena konser Lady Gaga, bahkan tanpa konser diselenggarakanpun, efek dari bebudayaan barat masih bisa  dengan mudah masuk ke Indonesia melalui berbagai media, terutama media online.
Kita harus bisa mencerdasi pengaruh yang datang dengan bijaksana, jika memang pengaruh luar itu buruk dampaknya, maka hal itu tidak perlu diikuti tanpa harus merugikan orang lain dengan berbagai aksi penolakannya. Pribadi kita sendirilah yang menyeleksi apa  yang pantas dan tidak untuk kita. Jadi kkita harus pintar dalam menyeleksi yang terbaik untuk diri sendiri.
#MELISA HARNIATI#

Minggu, 27 Mei 2012


Bahasa Mencirikan Rang Minang
Oleh : Adrizal
                                                    
Orang minang yang merantau keluar daerah,lebih suka menggunakan Bahasa Minangkabau pada saat bertemu sesama masyarakat sesama masyarakat minang.Bahasa minangkabau digunakan dalam pertemuan kekeluargaan,pertemuan keorganisasian yang berciri kedaerahan di rantau.Menggunakan bahasa daerah bagi perantau terasa lebih akrab dibandimgkan bahasa nasional.
Namun bagi generasi muda yang lahir di rantau,pertemuan itu kurang menarik karena kendala bahasa  yang digunakan oleh para peserta.Mereka engga berbaur dengan masyarakat minang lainnya yang memakai bahasa Minangkabau sebagai bahasa pengantar.Alasan kengganan itu antara lain mkarena mereka tidak biasa menggnakan bahasa Minangkabau.Kalau mereka akan ditanya megapa mereka enggan dalam paguyuban tersebut.Dengan nada enteng  mereka menjawab : Kita ingin ikut,tapi kita tidak mengerti apa yang dibicarakan dalam pertemuan itu.
Bagi keturunan Minang kelahiran rantau ini,setelah  orang tua mereka meninggal,generasi ini juga enggan memperkenalkan diri sebagai orang Minangkabau karena mereka sudah tidak mempunyai identitas sebagai keturunan minang,tidak mampu bicara bahasa minang,juga tidak mengenal nama suku { marga },kecuali hanya tahu sedikit tentang asal usul dari orang tua mereka ketika masih hidup.
Sebenarnya generasi ini sangat merindukan pulang kampung.Kerinduan ini tidak terkabulkan karna kesulitan dalam hal berkomunikasi dengan masyarakat minangkabau.Padahal alasan itu tidak benar.Masyarakat Minangkabau tidak mempermasalahkan bahasa,karena semua Masyarakat Minangkabau paham bahasa Indonesia.
Hambatan yang datang karena sangkaan yang salah itu mengakibatkan generasi kelahiran rantau semakin jauh dari Masyarakat Minangkabau lainnya.Tentu saja generasi  ini kelak tidak akan lagi mengenal Ranah Minang yang sangat dicintai oleh kakek dan nenek mereka.
Padahal generasi ini sangat diharapkan oleh masyarakat dikampung halaman  sendiri,mereka adalah pengurus dan penerur yang diakui menurut adat.Mereka mempunyai potensi yang sangat besar untuk membangun kampung halaman.
Dengan mewariskan  bahasa Minangkabau yang dibesarkan di rantau,berarti satu diantara berapa kendala untuk mengenal atau untuk mendekatkan diri  terhadap Masyarakat Minangkabau dapat diatasi.
Ranah minang adalah salah satu Kawasan Wisata Nasional yang amat cantik dan elok.Kehadiran orang asing (Barat ) dan wisatawan domestik bagi Masyarakat Minangkabau sudah tidak asing lagi.Para wisatawan menghabiskan waktu dan uang diranah minang untuk menikmati keindahan alam minangkabau serta budayanya.Kepuasan itu tentu akan lebih terasa kalau mereka mampu menggunakan bahasa Minangkabau ketika berdialok dengan masyarakat Minangkabau setempat,ataupun untuk menikmati keindahan kesenian minang melalui pantun dan gurindam yang disenanddungkan oleh para  remaja Minang di panggung – pangung kesenian.
Pelajaran bahasa Minangkabau yang disajikan ini bukanlah untuk mendalami tata bahasa dan sastra Minangkabau,melainkan hanya untuk mempelajari kemampuan berbicara dan memahami bahasa Minangkabau .Demikianlah pendahuluan ini saya buat,sebagai bahasa pengantar dalam hal pembuatan artikel mata kuliah bahasa Minangkabau.
Bahasa Minangkabau tidak jauh berbeda dengan bahasa Indonesia,baik kosa kata  maupun susunan kalimatnya.Karena itu bahasa Indonesia dapat digunakan sebagai alat atau media untuk mempelajari bahasa Minangkabau.
Bagi yang ingin mempelajari bahasa Minangkabau,sampai saat ini belum ada tempat khusus  untuk mempelajari bahasa tersebut kecuali  di Perguruan Tinggi.Begitu juga buku – buku yang membahas bahasa minangkabau masih sangat jarang.
Alasan penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat belajar ,karena kosa kata sutrutur bahasa Indonesia tidak jauh berbeda  dengan struktur bahasa Minangkabau.
Penggunaan istilah – istilah linguistik,ataupu istilah tatabahasa diusahakan sedikit mungkin,karena tujuanpenulisan pelajaran bahasa Minangkabauini bukan untuk mendalami tata bahasa dan sastra Minangkabau,melainkan hanya untuk mengetahui kosa kata bahasa minangkabau bagi pembca yang mampu ber bahasa indonesia dan tdapat menyusun kalimat bahasa Minangkabau untuk digunakan dalam percakapan sehari – hari.
Karena bahasa Indonesia dan bahasa Minangkabau adalah dua bahasa yang sangat dekat dan mirip.Maka bagi pemakai salah satu bahasa ini akan mudah untuk mempelajari atau memahami bahasa yang satu lagi.

Penulis mahasiswa Jurusan Humaniora Minangkabau
Saat ini aktif di HmI Komisarit Ilmu Budaya Universitas Andalas

Jumat, 25 Mei 2012


 
Detik-detik menjelang kelulusan

Tepat pada pukul 16.00 WIB tanggal 26 Mei 2012 besok akan menjadi hari yang sangat mendebarkan bagi semua siswa sekolah menengah atas (SMA) di seluruh Indonesia. Hari yang sangat mereka nantikan sebagai hari untuk mengetahui hasil perjalanan pendidikan mereka selama tiga tahun. Hari itu akan menjadi hari kebahagiaan atau malah akan mematahkan semangat mereka dalam menempuh pendidikan. Hari kelulusan SMA yang akan diumumkan serentak diseluruh Indonesia.
Namun pada kenyataannya bisa dikatakan tidak sampai 50% siswa SMA yang benar-benar cemas akan hari itu. Dikarenakan dalam menghadapi ujian yang diadakan tanggal 16-19 April lalu mereka laksanakan dengan tidak murni. Banyaknya kunci yang beredar dikalangan siswa SMA tersebut. Ada yang berkeyakinan bahwa kunci yang mereka dapatkan tersebut benar dan pasti akan mengantarkan mereka pada kelulusan. Jadi mereka tidak perlu cemas menunggu hari kelulusan tersebut.
Dilain pihak ada yang tidak menghiraukan akan kunci tersebut bahkan mereka tidak percaya dengan adanya kunci. Kunci hanya membuat keraguan pada ujian mereka. Mereka percaya belajar dan berdoa adalah usaha yang paling baik. Menunggu hasil kelulusan sangat mencemaskan bagi mereka apakah mereka akan lulus atau tidak, dan jika tidak maka akan menambah beban pikiran mereka. Tidak hanya menyangkut SNMPTN namun harus tetap memikirkan kelulusan dan bisakah melanjutkan ke perguruan tinggi yang diinginkan.
Jelasnya tidak sampai 50% siswa SMA di seluruh Indonesia cemas menunggu hasil kelulusan yang akan diumumkan tanggal 26 Mei besok. Bisa dilihat bahwa di Negeri kita tercinta ini pendidikannya sangat lemah. Para pelajar hanya mengandalkan usaha lain yang tidak baik untuk lulus bukan usaha yaqng sehat yaitu dengan belajar. Maka oleh karena itu kita sebagai generasi muda marilah kita menjadi generasi pelurus bukan penerus. Kita meluruskan pikiran dan pandangan yang bengkok agar menjadi lurus dan baik lagi. Karena pendidikan adalah investasi untuk masa depan.

Nadya Milda
Fakultas Hukum

Praktikum ,Beban untuk Mahasiswa Eksakta?

Saat semester baru bangku perkuliahan dimulai,khususnya semester tingkat I dan II,saatnya  kegiatan praktikum terkhusus bagi mahasiswa bidang eksakta pun dimulai. Kegiatan bergadang pun juga dimulai.Sebenarnya bukan praktikum  itu yang menjadi permasalahan,tapi laporan praktikum itulah yang menjadi titik awal permasalahnnya.Ditambah lagi laporan itu mesti menggunakan mesin tik yang lumayan menyusahkan.Salah seorang asisten Laboratorium Statistika dan Komputasi Jurusan Matematika pun menanggapi bahwa hal itu dilakukan untuk menghindari “copas” dalam pembuatan laporan tersebut oleh mahasiswa.
Banyak mahasiswa yang memilih ambil jatah untuk tidak kuliah bahkan minta tolong untuk di “TA”kan oleh mahasiswa lainnya hanya untuk menyelesaikan laporan praktikum.Padahal,rata rata praktikum tersebut hanya berbobot 1 sks. Mereka rela mengabaikan mata kuliah wajib yang berbobot 4 sks.
Saat UAS pun semuanya mencapai titik puncak.Mengumpulkan laporan,membundel,meminta tanda tangan koordinator jurusan,semuanya menjadi kesibukan tersendiri bagi mahasiswa yang akan mengikuti UAS Praktikum mata kuliah tersebut. Tak jarang,mereka mengabaikan mata kuliah yang akan diujikan pada esok hari.Ratih Febby Ramadhani,adalah salah satu mahasiswa Matematika yang mengaku bahwa ia lebih total untuk UAS Praktikum yang hanya 1 sks daripada mata kuliah wajib Kalkulus II yang berbobot 4 sks.Hal ini diungkapkannya pada Jumat,18 Mei di sela sela jeda UAS praktikum Pemrograman Komputer I.
Apa yang mesti didahulukan oleh mahasiswa sejatinya?Berbalik pada mahasiswa itu sendiri.Manajemen waktu yang baik, kepintaran dalam menyusun skala prioritas,itulah yang dituntut agar segalanya sejalan tanpa ada yang terabaikan.

                                                                                         
                                                                Dona Ariani/Matematika 2011