Count visitor

Rabu, 22 Agustus 2012

selamat idul fitri :)


Makna Kemenangan di Hari yang Fitri
By : Amelia Putri

          Setelah sebulan penuh berpuasa, menahan nafsu, lapar dan haus. Bergantilah dengan bulan Syawal, tepatnya 1 Syawal kita dipertemukan dengan hari yang Fitri. Idul Fitri yang berarti suci banyak orang menyebutnya kembali seperti bayi yang baru lahir. Apakah benar demikian? Coba kita ingat dan kenang kembali perbuatan dan sikap sebulan lalu.
          Jika Idul Fitri berlaku untuk semua orang, andaikan ada oknum yang sikapnya justru melenceng dari nilai keislaman selama Ramadhan apakah juga terlahir kembali seperti bayi yang baru dilahirkan? Saya rasa masing-masing kita dapat menemukan jawabannya.
          Maka daripada itu, mari kita flashback tindakan kita sebulan lalu. Jika selama Ramadhan hanya mampu menahan haus dan lapar, tak mampu menjauhkan diri dari ghibah dan tak mampu menahan amarah. Jika selama Ramadhan bukannya menjadi pribadi yang lebih baik, tadarus pun tak beranjak dari juzz 4 sampai gema takbir berkumandang.
Apakah ia juga termasuk pribadi yang menang?
          Sepuluh hari pertama sangat bersemangat qiyammul lail (baca: taraweh), tadarus pun digencarkan setiap malam. Memasuki sepuluh hari pertengahan, tadarus mulai bosan dan qiyammul lail pun mulai bolong-bolong. Hingga pada akhirnya tadarus mentok di beberapa juzz pertama dan malas pergi shalat. Orang seperti inilah yang disebut Ramadhan failed atau gagal Ramadhan. Jika shalat lima waktu saja yang merupakan amalan wajib malas mengerjakannya, bagaimana dengan amalan sunnah lain?
          Begitulah kira-kira gambaran sebagian besar orang atau mungkin diri kita sendiri (jangan sampe lah ya) yang hanya bahagia sesaat ketika bulan Ramadhan. Apakah kita layak menyebut hal demikian di hari yang Fitri, bisa suci seperti bayi yang dilahirkan? Makna kemenangan sendiri baru didapat ketika seseorang bisa meningkatkan kualitas ibadah dan akhlak dibanding bulan-bulan sebelumnya dan berusaha sekuat tenaga menahan diri dari hawa nafsu yang sesungguhnya terdapat dalam diri sendiri.
          Semoga saja kita tidak termasuk orang yang gagal saat Ramadhan, juga semoga Allah mengizinkan kita bertemu dengan Ramadhan yang akan datang. Tentunya dengan semangat yang semakin menggebu pada malam pertama Ramadhan sampai malam terakhir saat Ramadhan.  InsyaAllah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar