Makna Kemenangan
di Hari yang Fitri
By : Amelia Putri
Setelah sebulan penuh berpuasa, menahan nafsu, lapar dan
haus. Bergantilah dengan bulan Syawal, tepatnya 1 Syawal kita dipertemukan
dengan hari yang Fitri. Idul Fitri yang berarti suci banyak orang menyebutnya
kembali seperti bayi yang baru lahir. Apakah benar demikian? Coba kita ingat
dan kenang kembali perbuatan dan sikap sebulan lalu.
Jika Idul Fitri berlaku untuk semua orang, andaikan ada
oknum yang sikapnya justru melenceng dari nilai keislaman selama Ramadhan apakah
juga terlahir kembali seperti bayi yang baru dilahirkan? Saya rasa masing-masing
kita dapat menemukan jawabannya.
Maka daripada itu, mari kita flashback tindakan kita sebulan lalu. Jika selama Ramadhan hanya
mampu menahan haus dan lapar, tak mampu menjauhkan diri dari ghibah dan tak
mampu menahan amarah. Jika selama Ramadhan bukannya menjadi pribadi yang lebih
baik, tadarus pun tak beranjak dari juzz 4 sampai gema takbir berkumandang.
Apakah ia juga termasuk pribadi yang menang?
Apakah ia juga termasuk pribadi yang menang?
Sepuluh hari pertama sangat bersemangat qiyammul lail (baca: taraweh), tadarus
pun digencarkan setiap malam. Memasuki sepuluh hari pertengahan, tadarus mulai
bosan dan qiyammul lail pun mulai
bolong-bolong. Hingga pada akhirnya tadarus mentok di beberapa juzz pertama dan
malas pergi shalat. Orang seperti inilah yang disebut Ramadhan failed atau gagal Ramadhan. Jika shalat lima waktu saja
yang merupakan amalan wajib malas mengerjakannya, bagaimana dengan amalan
sunnah lain?
Begitulah kira-kira gambaran sebagian besar orang atau
mungkin diri kita sendiri (jangan sampe
lah ya) yang hanya bahagia sesaat ketika bulan Ramadhan. Apakah kita layak
menyebut hal demikian di hari yang Fitri, bisa suci seperti bayi yang
dilahirkan? Makna kemenangan sendiri baru didapat ketika seseorang bisa
meningkatkan kualitas ibadah dan akhlak dibanding bulan-bulan sebelumnya dan
berusaha sekuat tenaga menahan diri dari hawa nafsu yang sesungguhnya terdapat
dalam diri sendiri.
Semoga saja kita tidak termasuk orang yang gagal saat
Ramadhan, juga semoga Allah mengizinkan kita bertemu dengan Ramadhan yang akan datang.
Tentunya dengan semangat yang semakin menggebu pada malam pertama Ramadhan
sampai malam terakhir saat Ramadhan.
InsyaAllah..