GulukuTelcayang
Surprise buat SMU1,ada guru baru.
IWAPI alias Ikatan Wanita Perumpi di kelas ku beraksi. “Ika, gabung sini! ajak
Santi.
“Mo ah!”tolakku.Emang lagi nggak
mood.
“Katanya sih,namanya Fahrurrozi,
masih jejaka sodara-sodara!”promosi Lina.
Uh! Aku sebel ngedengernya,lagi
pusing nih! Mikir gigi lubang, dua lagi. “Dari namanya, sepertinya tergambar
seorang sosok pria pengertian, penuh charisma dan kelembutan.” Si Yuni
berpuisi.
Tambah cenat-cenut gigiku.
“And badannya mirip tiker.”
Celetuk Sarah.
“Hah?” sontak semua kaget.
Tinggi keker githu!” sambil
nyelonong pergi takut dicubiti anggota IWAPI.
Bu Ratna keluar dari kelas,
saatnya tiba. Dag! Dig! Dug!
“Assalamualaikum.” Serempak
kepala kami memandang ke satu arah. Suara cekikikan terdengar samar-samar. Aku
saja hamper tergeletak. Astagfirullah, begitu naifnya kami. Pak Fahrurrozi
digambarkan tinggi keker plus hansom, di luar dugaan. Tubuhnya pendek plus
cadel, nggak bisa bilang ‘R’!
“Yah! Setelah ini kita saksikan
humol belsama Lozi!” setiap hari Selasa setelah pelajaran Bu Latna, eh Bu Ratna
maksudnya, Joko maju ke depan kelas bak pemandu acara dan seperti dipandu Pak
Rozi selalu datang tepat waktu. Spontan teman-teman sekelas ketawa.
Cara mengajarnya sebenarnya cukup
enak, wawasannya luas tapi sayang kurangjelas, ditambah lagi kurangnya
perhatian dari kita-kita. Beliau sich…terlalu aktif di POC alias Perkumpulan
Olang Cadel. Apalagi pelajaran kimia yang banyak menggunakan huruf R. Huss!
Hatikecilku marah.
***
“Oh upacara hari senin yang
ditunggu akhirnya kau tiba.” Suara Yuni bikin mata anak SMU ONE melotot.
“Rasain lo, makanya jangan caper.” Ledek Ifah sambil menjulurkan lidah. Weee!
Mentari seakan riang
mempermainkan bocah-bocah yang semangat mengusap peluh. “ Huh! Mbak Tari ini
nggak bisa diajak kompromi.” eluh Sarah.
“Mbak Tari?tanyaku bengong.
“Iya! Masa sih nggak kenal mbak
mentari!” telunjuk Sarah menunjuk kelangit.
Hi…matahari. Tanganku nyaris
melayang ke arahnya,uups! Upacara.
Sound System tiba-tiba tak
berfungsi. Amanat dari kepsek lagi. Masalhnya Pak Jo bagian perawatan sound
system menghilang entah kemana. Matahari semakin meninggi lagi. Uhhh! Hampir
semua murid duduk di tanah nggak beraturan. Security OSIS tampapk kebingungan.
Sedangkan IWAPI? Ngerumpi donk!
“Suala pelcobaan, one, two, thlee,
foul.” Ooops! Dengungan suara anak-anak tiba-tiba terhenti, semua tetrcengang.
Suara siapa tadi seakan mengguyurkan air segar di padang pasir.
“Suala pelcobaan, one, two,
thlee, foul.” Yaa! Aku kenal suara itu, semuapun tahu. Pak Lozi!
Upacara berakhir, tapi kekaguman
pada Pak Lozi masih melekat. Perlu diketahui sodara-sodara. Sound system
sekolah, terkenal bandelnya minta ampun. Nurutnya cuma sama Pak Jo. Only! Pernah Pak Juminto
ngutak-ngatik eh malah kebakar. Habis riwayat, ganti rugi bo!
Kelasku bersorak ketika Tika sang
ketua membawa kabar gembira. Bu Lusi sakit dan absen ngajar. “Assalamualaikum.”
Sejenak wajah kami pias. Hah? Pak Lozi gantiin Bu Lusi ngajar English.
Alamaaak. Kebahagiaan yang kami rasakan sejenak terenggut.
Kami kembali takjub. Perfect!
Ngenglish banget logatnya. Lain dengan Bu Lusi yang lengket dengan medok
jawanya. Kali ini suasana tampak beda, biasanya dimana ada Pak Lozi disana
pasti ada tawa. 3A terlihat lengang hanyut dengan kepiawaian Pak Lozi
berbahasa.
***
Akhir masuk kelas bagi kelas
tiga! Dipenghujung pelajaran Pak Lozi hadir, menggantikan Bu Lina yang lagi
cuti sibuk dengan bayi kecilnya.
“Anak-anak telsayang…”
Tak ada suara gemuruh, kupandangi satu-satu wajah
teman-teman semua menatap lurus kea rah Pak Lozi.
“Cita-cita bukanlah sebatas SMA.
Pelnikahan pun belum bisa dikatakan akhil cita-cita. Kalau cita-cita saya hanya
satu, mencapai lidho Allah. Kita halus belbuat sebaik-baiknya pelbuatan di
dunia seakan kita akan hidup selamanya, dan kita belibadah pada Allah sekhusyuk-kusyuknya
seakan kita akan mati esok.”
Tes! Air mataku jatuh. “ Maafkan
Bapak jika kulang jelas dalam menelangkan pelajalan, dan Bapak memang tidak
pelnah pake bedak jadi tampak sepelti kilang minyak.”
Rasa bersalah terlihat dari wajah
kami, ternyata saat itu Pak Lozi…
“Tapi Bapak yakin Allah hanya
melihat dari ketakwaannya, tak lebih, tak kulang.” Semua tertegun. “Mungkin ini
telakhil peljumpaan saya dengan kalian anak-anakku telsayang 3A.
Wajah kami penuh tanda Tanya.
“Saya akan melanjutkan ploglam
doktolal di Amerika. Sebenalnya saya dosen. Tapi saya sebenalnya memilih
mengajal SMU kalena saya teltalik dengan bentuk mulidnya dan semangatnya.
Anak-anakku…saya tunggu di masa depan.”
***
Pak Fahrurrozi membawa sejuta
hikmah. Terimakasih Pak, kau telah mengajarkan kami arti kehidupan.
“Hoooi!”
Mata kami menatap Sarah, ih pasti
usil lagi.
“IWAPI BUBAAAAAAR!” jeritnya.
Senyum kami mengembang. Kami akan membuktikan padamu di masa depan, Pak Fahrurrozi,
guluku telsayang.
***
Mutia Lailatul Faradillah