Hardiknas 2012, Kisah
Pendidikan Hari Ini
David Murdi*
H
|
ari ini, 2 Mei 2012, Bangsa
Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional. Hardiknas selalu identik
dengan salah satu tokoh penting dalam sejarah perjalanan Indonesia. Ya, Beliau
adalah Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara. Rasa Cinta Menteri
Pendidikan pertama ini sangat besar terhadap pendidikan. Ki Hadjar Dewantara dikenal
sebagai penulis yang handal mengkritik dan menentang penjajahan lewat tulisannya.
Beliau mendirikan Taman Siswa dan aktif
di organisasi Budi Utomo. Semboyan perjuangan Ki Hadjar Dewantara, tut wuri handayani dijadikan sebagai
semboyan dalam sistem pendidikan kita sampai saat ini. Atas semua jasa dan
perjuangannya, Ki Hadjar Dewantara memperoleh gelar pahlawan nasional dan hari
lahir beliau ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Sudah 50 tahun lebih
Bapak Pendidikan meninggalkan kita semua, dan selama itu pula kita mengenang
semua pejuangan beliau dalam wujud Hardiknas. Kita memperingati Hardiknas
setiap tahun seperti upacara bendera, pameran buku, bahkan demonstrasi. Yang penting
dari Hardiknas adalah sudah seberapa besar kepedulian kita terhadap dunia
pendidikan seperti yang dilakukan Ki Hadjar Dewantara. Kepedulian pemerintah
terhadap dunia pendidikan saat ini dibuktikan dengan naiknya anggaran
pendidikan untuk APBN 2012, program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang akan
dilanjutkan hingga perguruan tinggi, dan kebijakan lainnya. Namun hari ini
masih banyak cerita miris dunia pendidikan bahkan menjadi perhatian jurnalis
internasional.
Kita tentu
masih ingat anak SD di Banten yang harus bertaruh nyawa ke sekolah dengan
melintasi jembatan ‘maut’. Kisah miris Sofiah dan kawan-kawannya menjadi
liputan utama Reuters waktu itu. Kemudian
ditemukan cerita bernuansa pornografi, pornoaksi, dan kekerasan dalam buku
pelajaran untuk Sekolah Dasar. Di Sukabumi, ada Lembaran Kerja Siswa (LKS)
Kewarganegaraan berbau paham komunis untuk SMA. Pelanggaran Ujian Nasional
seperti kebocoran soal yang sudah ‘mentradisi’ setiap tahun. Cerita pelajar berprestasi
putus sekolah hanya karena tidak ada biaya. Banyak orang tua yang tidak mampu
menyekolahkan anaknya karena biaya pendidikan yang mahal. Masih banyak cerita
lain yang dapat kita lihat di media massa mengenai kisah pendidikan kita sekarang
ini.
Di hari bersejarah
ini, seharusnya dapat dijadikan awal yang baik bagi pemerintah dan kita untuk
lebih meningkatkan kepedulian terhadap
pendidikan dan keadaan sekitar. Jangan sampai ada lagi cerita miris tentang
pendidikan yang menjadi aib bagi kita sendiri. Kita tidak boleh membuat semua
perjuangan Ki Hadjar Dewantara hanya sebagai kenangan dalam Hardiknas dan tidak
melanjutkan perjuangan beliau. Kita sebagai bagian dari sistem pendidikan itu
sendiri harus mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik dan mengharumkan
nama bangsa di kancah internasional. Seperti Kata Bapak Pendidikan kita, ing ngarso sung
tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. (di depan memberi
contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan). Selamat Hari Pendidikan Nasional 2012!
*Penulis merupakan peserta OR Genta
Andalas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar